Sabtu, 27 Januari 2018

Asrama Sains di PP Nuris, Wadah Para Santri untuk Berkreasi



Siswa SMA Nuris Rebut Juara Tiga di Olimpiade Biologi se Jawa-Bali

            Asrama sains yang ada di Ponpes Nuris menjadi diskusi para santri tentang sains. Dari sana, di harapkan muncul ilmuwan-ilmuwan baru yang lahir dari pesantren. Pelan tapi pasti, santri Nuris mulai berprestasi dan menunjukan eksistensinya di bidang sains.


BAGUS SUPRIADI, Sumbersari


BILA sebagian pelajar menganggap ilmu biologi termasuk pelajaran yang sulit. Namun hal itu tidak berlaku bagi Berliani Dian Nabila, siswi SMA Nuris dan Wardatul Fitriah, siswi MA Unggulan Nuris. Dua pelajar ini memiliki semangat  tinggi untuk  mempelajari ilmu biologi.

            Jerih payahnya mempelajari mata pelajaran tersebut membutuhkan hasil. Yakni kerap meraih juara dalam berbagai lomba tingkat Jawa Timur. Berlian meraih juara tiga, dan Warda meraih juara haearpan dua. Mereka tak hanya di latih di sekolah, tetapi di asrama sains yang ada di pesantren, bisa leluasa mendalami ilmu tersebut. “Ini yang ke tiga kali juara. Tahun sebelumnya juara dua tingkat Jawa Timur,” kata Berlian penuh rasa percaya diri.

            Juara itu diraih dalam event Biological Science Day VII yang diseenggarakan oleh Fakultas Mipa Universitas Jember pada 22 Oktober 2017 lalu. Berlian meraih juara tiga, meskipun tahun sebelumnya sempat juara dua. “Sekarang juara tiga karena tingkat Jawa Bali, pesantrennya lebih banyak, yakni 224 peserta,” terang siswi asal Pakusari tersebut. Sehingga persaingan lebih ketat di banding tahun sebelumnya. Juara olimpiade biologi tingkat Jawa Timur pernah diraihnya dalam olimpiade yang diselenggarakan Universitas Muhammadiyah Jember.

            Delegasi dari siswa Nuris cukup  banyak mengikuti  olimpiade tersebut. Ada sekitar 17 orang, namun yang meraih juara hanya dua. “Kami harus berkompetisi dengan 224 peserta agar bisa masuk semifinal,”ucapnya. 

            Berlian harus mengerjakan 100 soal dengan benar selama dua jam agar bisa masuk ke babak selanjutnya. Setelah selesai, dia bersama Warda bisa masuk semifinal beserta 50 peserta lain dari berbagai daerah. “Setelah selesai, ke babak semifinal di aula,” tuturnya.

            Di sana, dia harus mengerjakansoal reponsif sebanyak selama 40 detik. Kemudian pindah ke meja berikutnya menjawab soal, bahkan harus pindah meja se-banyak 25 kali. Semua soal itu mampu di jawab dengan baik oleh Warda dan Berlian.

            Setelah terpilih lima peserta dalam babak final, tahap selanjutnya adalah cerdas cermat untuk merebutkan juara. Soal ini tidak mudah sebab tak hanya menjawab pertanyaan, tetapi juga menganalisis dan menggambar. Semua soal itu mampu di kerjakan dengan baik. Hingga akhirnya panitia  mengumumkan juara. 

            Bahkan meskipun Warda meraih juara harapan dua, nilai tes tulis saat pertama olimpiade menjadi nilai yang tertinggi. “Waktu itu nilainya sekitar 56, lebih unggul di banding peserta lainnya,” aku perempuan asal Rambipuji tersebut.

            Bagi dua siswi tersebut, Biologi sudah menjadi mata pelajaran  kesukaan sejak masih di bangku SMP Nuris. Sehingga ketika mempelajarinya merasa senang dan asik. “Kadang sering belajar otodidak dengan membaca buku,” terangnya. 

            Prestasi yang diraih oleh siswi Nuris tersebut tak lepas dari system pembelajaran yang diterapkan disekolah. Satu minggu sebelum pelaksanaan olimpiade,  mereka dilatih oleh para gurunya. “Mereka di kanrantinakan dulu, bahkan sehari sebelum lomba dibina selama delapan jam,” tambah Desi Maya Fitriyah, koordinator ekstrakurikuler sains.

            Menurut dia, ekstrakurikuler sains menjadi wadah bagi santri Nuris untukn meningkatkan potensinya. Mereka dibimbing dan di arahkan agar memiliki kemampuan yang memadai dengan keterampilan yang dimiliki. “Sebelum masuk ekstrakurikuler, mereka tes IQ dulu,” tuturnya. 

            Sehingga bisa mengetahui  bakat yang dimiliki untuk di kembangkan. Setiap sore, mereka dilatih mengembangkan potensinya tersebut, seminggu selama tiga kali. Sehingga memiliki pemahaman yang utuh dan mendalam di bidangnya. 

            Pengasuh Ponpes Nuris Gus Robith Qosidi menambahkan asrama sains yang dibuat di Ponpes Nuris menjadi wadah para santri untuk memperdalam sains . “Di asrama mereka bisa berdiskusi, meneliti tentang sains selama 24 jam,” ujarnya.

            Asrama sains tersebut, kata alumni Al Azhar Kairo tersebut, terinspirasi dari perpustakaan ternama di Baghdad, yakni Baitul Hikmah. Wadah tempat para ilmuwan berdiskusi dan melakukan penelitian. Sehingga Nuris menjadi pelopor pesantren di dalam pengembangan sains. 

            Tak hanya itu, program pendukung lain untuk mencetak ilmuwan baru adalah mendatangkan pakar dari berbagai kalangan, mulai dari peneliti hingga akademis kampus. Bahkan sarana juga dikembangkan, seperti laboratorium yang memadai. “Teropong bintang kami punya, fasilits lengkap,” ucapnya.

            Dia berharap agar santri Nuris bisa memiliki kemampuan utuh dibidang sains. Ketika lulus, mereka tidak hanya mendapat ijazah sekolah, tetapi punya kemampuan yang lebih. “Kami mengutamakan proses agar santri memiliki karakter ilmuwan, syarat untuk kesana sudah ada,” pungkasnya. (k1/c1/hdi)

Sumber: JP-RJ Kamis 26 Oktober 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cara Anak Muda Buktikan Eksistensi dalam Globalisasi

Mulai Prestasi Internasional sampai Bersatu Lawan Hoax             Di era globalisasi, pemuda tidak hanya menyumbangkan peran secar...