Jumat, 26 Januari 2018

Kisah Cinta Terlarang Pasangan Sesama Jenis di Panti



Fadholi Kepincut Mendengar Suara Mesra Via telepon

          Cinta buta tak selamanya harus buta. Sampai memilih cinta sesamam laki-laki.
Apalagi nekad menikah sahdi kantor KUA dan pesta pernikahan di rayakan besar-besaran. Bisa-bisa, seperti kedua pria ini yang harus mendekam di penjara.


RULLY EFENDI, Panti



            MENGENAKAN kerudung, gadis itu tampak seperti gadis desa umumnya. Semakin memaksa orang lain percaya, setelah gadis itu menyebut namanya: Ayu Puji Astutik. Suaranya pun di buat mengecil layaknya perempuan tulen. Meski, kadang suar laki-lakinya kebablas jika keceplosan.

            Nama asli Ayu Puji Astutik adalah Saiful Bahri. Namun sejak kenal dengan pria yang telah menikahinya, Muhammad Fadholi pada 19 Juli 2017 lalu Saiful menjelma menjadi perempuan ‘jadi-jadian’ yang bernama Ayu Puji Astutik. Konon, nama ini milik saudara sepupunya.

            Perkenalan kedua pria ini yang di mabuk asmara itu bermula dari keisengan teman Fadholi, yang member nomor handphone Saiful. Bungsu tiga bersaudara  pasangan suami istri  Samsul dan Nanik itu pun kesemsemmendengan suara mesra Saiful yang pantas disebut Ayu. Mereka pun memutuskan pacaran via telepon.

            Merasa ada kecocokan, mereka berdua pun memutuskan jumpa darat. Fadholi tampil menjadi pria sejati. Sedangkan Saiful, berdandan menjadi Ayu yang feminism. “Pertama ketemuan di Mangli. Di kampus IAIN Jember,” aku Saiful.

            Fadholi yang belum pernah memiliki pacar, rupanya kepincut paras Ayu si Saiful hyang berkerudung. Meski saat kerudungnya di buka, rambut cepak Saiful menunjukan bahwa dia seorang pria sama sepertinya. Namun keduanya tak peduli.  Karena sudah terlanjur terjebak cinta terlarang. 

            Saiful alias Ayu takpernah membawa Fadholi ke rumahnya, di Dusun Krasak, RT2, RW 1, Desa Pancakarya, Ajung. Setiap mereka ketemuan, memilih jumpa di lapangan Mangli. Sedangkan Fadholi, nekat saja membawa pacar prinya yang sudah berkerudung, ke rumahnya yang tepat  di depan SMK Al Mukmin, Desa Glagahwero, Panti.

            Kedua orang tuanya menyambut baik Saiful yang berkerudung. Karena selain sopan, keluarganya memang benar-benar tidak tahu, bahwa Ayu yang di kenalkannya ternyata seorang laki-laki bernama Saiful. Mereka berdu langsung tinggal serumah, dengan dalih sedah menikah siri.

            Pengakuan itu di sampaikan langsung kakek Fadholi yang bernama Supan alias Pak Sunanti. Dia mengaku iba, mendengar cerita bahwa Ayu, sudah tidak memiliki orang tua. Terlebih, tinggalnya mbambungdi emperan toko yang ada di Pasar Tanjung.

            Bukan hanya keluarga besarnya yang percaya, bahwa Saiful merupakan wanita belia. Sejumlah tetangga sekitar rumah Fadholi, hampir semua percaya bahwa istri Fadholi, seorang perempuan tulen. “Dia itu baik. Setiap tetangga ada keesusahan dia menolong,” kata perempuan yang mengaku bernama Bu Er. 

            Benar saja tidak curiga. Setiap awal bulan, Saiful, Rupanya rajin membeli pembalut dan mengakun sedang datang bulan. Selain itu, dia juga rajin datang ke pengajian Muslimatan seminggu sekali. Salat berjamaah juga mengenakan mukena.

            Selain penampilan yang di paksa perempuan, rupanya Saiful juga pandai memasak. Bahkan, racikan bumbu masakan Saiful, banyak yang di gemari warga sekitar. “Kalau ada hajatan, Ayu (Saiful, Red) yang memasak. Masakannya enak loh. Semua kalah,” puji Bu Er.

            Berbeda dengan Isroni. Pemuda yang juga tetangga Fadholi, mengaku sudah curiga bahwa istri teman cangkrukannya itu seorang waria. Namun dia tidak beranio Tanya apalagi sampai menegur, “Tapi teman-teman sering menggoda. Karena perilaku istri Fadholi, terkadang seperti bencong,” katanya.

            Terkadang Isroni merasa ragu dengan prasangkanya. Apalagi, pernikaha keduanya digelar dengan meriah. “Kalau di desa perkawinannya itu sudah pesta,” tuturnya.

            Sementara Sepupu Fadholi bernama Iwan Nasir mengakui, resepsi pernikahan Fadholi dan Saiful di gelar besar-besaran. Bukan hanya memasang tenda dengan sound pengeras suara. Karena saat resepsi, keluarga mempelai di Glagahwero, sampai menhgundang acara Tota’an merpati.

            Bukan hanya itu. Tamunya pun ramai. Karena orang tua Fadholi, menyebar undangan rokok yang disebutnya Tojokan. Sebuah tanda bahwa keluarga pengantin, serius mengundang tamu  supaya datang ke pesta pernikahan.

            Kini, mereka pasrah melihat anaknya di penjara di sel tahanan Polres Jember, karena memalsu dokumen Negara. Terlebih, menantu yang metreka sayangi karena seorang muslimah, ternyata seorang pria dan saat kerudungnya di buka, tampak sekali rambut cepak layaknya pria normal. 
 Namun mereka tetap berharap, supaya Fadholi dan Saiful Bahri, bisa betaubat dan kembali normal  menjadi seorang laki-laki sejati. (rul/hdi)

Sumber: JP-RJ Rabu 27 Oktober 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cara Anak Muda Buktikan Eksistensi dalam Globalisasi

Mulai Prestasi Internasional sampai Bersatu Lawan Hoax             Di era globalisasi, pemuda tidak hanya menyumbangkan peran secar...