Berani
Produksi Film Meski Tanpa Sponsor
Meski baru di
dunia perfilman, bukan berarti tak bia menggarap atau sekadar main film.
Terpenting ,ada keinginan besar. Seperti para pegiat Masyarakat Film Jember
(MFJ) ini . Mereka ingin promosi Jember lewat Film.
RULLY EFENDI,Jember
TIDAK banyak
melibatkan talent.Hanya ada tiga orang. Bermain di film
pendek, penampilan tiga pemeran itu berkesan. Dimulai dari persahabatan seorang
pria dan wanita, sampai terjebak dalam cinta segitiga ala anak muda. Film
pendek itu mereka beri judul: Tentang Menemukan.
Serius
mengamati isi film yang berdurasi 18 menit 25 detik, kita akan diajak ke lokasi
yang sudah menjadi identitas Jember. Memulainya dari jembatan Semanggi.
Kemudian, bercerita tentang sejarah Menara Air di Pasar Tanjung. Terkonsep
begitu dinamis. Sampai tersusun tebak-tebakan semacam puzzle menara air itu.
Berkat
film itu juga, kemudian kita diberi tahu bahwa menengok Menara Air Pasar Tanjung,
rupanya cukup indah dilihat dari atas jembatan penyebrangan depan BCA Jember.
Majid
Al Baitul Amin dan Alu-alun Jember, juga tak luput dari spot pengambilan
gambardi film pendek tersebut.
Menyaksikan
film pendek Tentang Menemukan lebih mudah karena bisa diakses di youtube.
Namun, itu hanya film pertama diantara lima episode film pendek bertajuk Jember
Love Story. “ Film kedua kamu Snap Shot. Filmnya Sudah kami rilis. Tpi memang
belum menyebar di youtube,”kata penulis naskah dan scenario,Bobby Rahadyan.
Sebenarnya,
proyek itu adalah garapan pegiat film pendek Jember yang tergabung di
masyarakat film jember (MFJ). Ini sebuah komunitas film pendek yang serius
menonjolkan potensi daerah asalnya, Kabupaten Jember. Selain mengeksporasi
nilai sejarah dan spot wisata unggulan Jember, film garapannya juga selalu
menampilkan keunggulan sisi lain yang ada di Bumi Pandhalungan Jember.
Bahkan
yang unik, film pendek Tentang Menemukan, tak lain lahir dari sebuah lagu karya
musisi anak Jember, Bima Satrya. Bimz Sunshine (sapaan akrab sang musisi itu),
tak lain juga pentolan sekaligus deklarator MFJ dibulan Mei 2016 lalu.
Menyadari
sekmentasi Filmnya untuk anak muda, mereka pun berani mengusung kisah
percintaan yang selalu hangat dan layak di konsumsi anak muda. Namun yang pasti, dalam kisah romantis harus
ada cerita sejarahnya. “sebab, pesan itu yang sebenarnya menjadi prioritas misi
MFJ,” kata Bimz Sunshine.
Sebagai
wadah pegiat film local Jember, MFJ juga
memiliki kewajiban melakukan regenerasi per-film-an di Jember. Salah satu upaya
sederhana yang mereka lakukan, selalu berbagi tugas dan bergantian memainkan
peran. ”jadi tidak ada sutradara maupun penulis naskahnya, hanya itu-itu
saja,”tuturnya.
Semisal
film ketiga Jember Love Story, yang sdang proses penggarapan. Mereka menunjuk
seorang mahasiswi baru yang sedang menempuh Pendidikan di Fakultas Ilmu Budaya
Unifersitas Jember,Cantika Rosa. “Nah,sepertin
ini yang kami sebut regenerasi,”ujar pria yang juga seorang wartawan tabloid
mingguan.
Film
ketiga yang mereka garap, bercerita sebuah kenikmatan sajian kopi khas Jember.
Bahkan, kisah seorang barista pun juga di eksplorasi sebaik mungkin. Mereka
member judul: Aftertaste.
Meski
proses pembuatan dereta film pendek bertajuk Jember Love Story, masih belum
mereka tuntaskan. Namun rupanya, scenario berikutnya pun sudah disiapkan jauh
hari. Tujuannya supaya lebih matang. Mereka, berencana menggaran Jember Religi
Story dan Jember Horor Story. “Pokoknya semua harus tentang Jember,”tegasnya.
Membuat
film, memang tak gratis. Namun siapa sangka, meski tak ada sponsor yang
membiayainya pun, mereka tetap berani memproduksi film pendek berkualitas
tinggi. Bahkan, para talent yang
terlibat pun, masih tetap merekapun bayar secara professional. Meski mmemang
honornya tak begitu besar.
Dibalik
keberanian produksi film tanpa sponsor, rupanya ada kiat khusus yang dilakukan
para pegiat film tersebut. Mereka, selalu menyisihkan sebagian keuntungan dari
hasil pesanan film garapan lain. “Film lain ada keuntungan, kita sisihkan garap
film khusus untuk Jember. Sebagai dedikasi kami,”pungkasnya.
Semua
itu dilakukan, untuk mencambuk sikp pesimis tak berani membuat film khawatir
tak ada yang mau menonton. “Kami punya prinsip, kalau kita tidak punya bioskop
yang bisa menayangkan, kita harus bikin bioskop sendiri,”tegasnya.(rul/hdi)
Sumber:JP-RJ Minggu 8 Oktober 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar