Rabu, 10 Januari 2018

MFJ, Komunitas Film untuk Eksplorasi Potensi dan Promosi Jember



Berani Produksi Film Meski Tanpa Sponsor

        Meski baru di dunia perfilman, bukan berarti tak bia menggarap atau sekadar main film. Terpenting ,ada keinginan besar. Seperti para pegiat Masyarakat Film Jember (MFJ) ini . Mereka ingin promosi Jember lewat Film.


RULLY EFENDI,Jember



        TIDAK banyak melibatkan talent.Hanya ada tiga orang. Bermain di film pendek, penampilan tiga pemeran itu berkesan. Dimulai dari persahabatan seorang pria dan wanita, sampai terjebak dalam cinta segitiga ala anak muda. Film pendek itu mereka beri judul: Tentang Menemukan. 

            Serius mengamati isi film yang berdurasi 18 menit 25 detik, kita akan diajak ke lokasi yang sudah menjadi identitas Jember. Memulainya dari jembatan Semanggi. Kemudian, bercerita tentang sejarah Menara Air di Pasar Tanjung. Terkonsep begitu dinamis. Sampai tersusun tebak-tebakan semacam puzzle menara air itu.

            Berkat film itu juga, kemudian kita diberi tahu bahwa menengok Menara Air Pasar Tanjung, rupanya cukup indah dilihat dari atas jembatan penyebrangan depan BCA Jember.

            Majid Al Baitul Amin dan Alu-alun Jember, juga tak luput dari spot pengambilan gambardi film pendek tersebut.

            Menyaksikan film pendek Tentang Menemukan lebih mudah karena bisa diakses di youtube. Namun, itu hanya film pertama diantara lima episode film pendek bertajuk Jember Love Story. “ Film kedua kamu Snap Shot. Filmnya Sudah kami rilis. Tpi memang belum menyebar di youtube,”kata penulis naskah dan scenario,Bobby Rahadyan.

            Sebenarnya, proyek itu adalah garapan pegiat film pendek Jember yang tergabung di masyarakat film jember (MFJ). Ini sebuah komunitas film pendek yang serius menonjolkan potensi daerah asalnya, Kabupaten Jember. Selain mengeksporasi nilai sejarah dan spot wisata unggulan Jember, film garapannya juga selalu menampilkan keunggulan sisi lain yang ada di Bumi Pandhalungan Jember.

            Bahkan yang unik, film pendek Tentang Menemukan, tak lain lahir dari sebuah lagu karya musisi anak Jember, Bima Satrya. Bimz Sunshine (sapaan akrab sang musisi itu), tak lain juga pentolan sekaligus deklarator MFJ dibulan Mei 2016 lalu.

            Menyadari sekmentasi Filmnya untuk anak muda, mereka pun berani mengusung kisah percintaan yang selalu hangat dan layak di konsumsi anak muda.  Namun yang pasti, dalam kisah romantis harus ada cerita sejarahnya. “sebab, pesan itu yang sebenarnya menjadi prioritas misi MFJ,” kata Bimz Sunshine.

            Sebagai wadah pegiat film  local Jember, MFJ juga memiliki kewajiban melakukan regenerasi per-film-an di Jember. Salah satu upaya sederhana yang mereka lakukan, selalu berbagi tugas dan bergantian memainkan peran. ”jadi tidak ada sutradara maupun penulis naskahnya, hanya itu-itu saja,”tuturnya.

            Semisal film ketiga Jember Love Story, yang sdang proses penggarapan. Mereka menunjuk seorang mahasiswi baru yang sedang menempuh Pendidikan di Fakultas Ilmu Budaya Unifersitas Jember,Cantika Rosa. “Nah,sepertin ini yang kami sebut regenerasi,”ujar pria yang juga seorang wartawan tabloid mingguan.

            Film ketiga yang mereka garap, bercerita sebuah kenikmatan sajian kopi khas Jember. Bahkan, kisah seorang barista pun juga di eksplorasi sebaik mungkin. Mereka member judul: Aftertaste. 

            Meski proses pembuatan dereta film pendek bertajuk Jember Love Story, masih belum mereka tuntaskan. Namun rupanya, scenario berikutnya pun sudah disiapkan jauh hari. Tujuannya supaya lebih matang. Mereka, berencana menggaran Jember Religi Story dan Jember Horor Story. “Pokoknya semua harus tentang Jember,”tegasnya. 

            Membuat film, memang tak gratis. Namun siapa sangka, meski tak ada sponsor yang membiayainya pun, mereka tetap berani memproduksi film pendek berkualitas tinggi. Bahkan, para talent yang terlibat pun, masih tetap merekapun bayar secara professional. Meski mmemang honornya tak begitu besar. 

            Dibalik keberanian produksi film tanpa sponsor, rupanya ada kiat khusus yang dilakukan para pegiat film tersebut. Mereka, selalu menyisihkan sebagian keuntungan dari hasil pesanan film garapan lain. “Film lain ada keuntungan, kita sisihkan garap film khusus untuk Jember. Sebagai dedikasi kami,”pungkasnya.

            Semua itu dilakukan, untuk mencambuk sikp pesimis tak berani membuat film khawatir tak ada yang mau menonton. “Kami punya prinsip, kalau kita tidak punya bioskop yang bisa menayangkan, kita harus bikin bioskop sendiri,”tegasnya.(rul/hdi)
Sumber:JP-RJ Minggu 8 Oktober 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cara Anak Muda Buktikan Eksistensi dalam Globalisasi

Mulai Prestasi Internasional sampai Bersatu Lawan Hoax             Di era globalisasi, pemuda tidak hanya menyumbangkan peran secar...