Minggu, 21 Januari 2018

Kisah Korban Yang Selamat dari Longsoran Maut di Sumberbaru




Seperti  Ada Yang Menuntun Saya Keluar Rumah

            Bencana alam di Desa Jambesari, Sumberbaru, menjadi perhatrian public karena menewaskan tiga korban sekaligus. Namun di balik itu, ada 7 orang sekeluarga yang selamat dari maut. Bagaimana kisah mereka?



RULLY EFENDI, Jember

            MUNARI tak ingin trauma. Apalagi di sebut takut di menghadapi maut. Tak heran, pria dengan empat orang cucu itu tampak begitu tenang. Padahal, tiga malam sebelumnya, maut nyaris mencabut nyawa dan seluruh keuarganya.

            Pria buta aksara itu masih mengingat betul, kejadian di Senin (16/10) malam itu. Kepada Jawa Pos Radar Jember, dia begitu enteng bercerita tanpa beban. Padahal, tetangga samping rumahnya (Saiful sekeluarga), terkubur tanah longsor.

            Munari, yang sehari-hari bekerja sebagai pemanjat pohon kelapa itu sangat meyakini, bahwa Tuhan selalu member perlindungan jika memang kehendaknya. Seperti saat itu, selepas menjalankan salat Isya, dia mendengar suara seperti dum truk yang baru menurunkan bebatuan.

            “Suara tidak begitu jelas. Karena bebarengan dengan hujan lebat dan angin,” akunya.

            Namun entah seperti ada yang menuntunnya. Dia yang masih mengenakan sarung lengkap dengan kopiah, mendadak keluar rumah melihat situasi. Sungguh di luar nalarnya. Karena di luar rumah, angin sangat kencang.

            Karena seperti ada badai, begitu keluar rumah dia di tegur keras anak menantunya Mat alias Pak Sit. Namun Munari tetap keluar rumah. “Saat keluar rumah ada bunyi seperti letusan ban,” ingatnya.

            Merasa takut ada sesuatu, diapun masuk rumah kembali, dan minta keenam keluarga lainnya segera keluar rumah. “Saya minta semua keluar rumah secepatnya, saya malah di marahin sama menantu,” katanya.

            Dia tak peduli. Tanpa banyak bicara, istrinya (Satumi) dia perinytahkan menggendong cucu bungsunya, Holipa. Sedangkan tiga cucu lainnya lari sekencang-kencangnya ke luar rumah.

            Karena Munari keluar rumah bersama ke empat anaknya Pak Sit, baru kemudia menantunya menyusul ke luar rumah. Benar saja, beberapa saat kemudian rumah korban Saiful dilihatnya sudah rata terkubur tanah longsoran. 

            Namun Munari bukan tanpa korban. Karena segera menyelamatkan diri, seekor sapi dan keenam ekor kambing peliharaannya itu terkubur di kandang (tak bisa diselamatkan). Namun yang membuatnya lega, nyawa keempat cucunya yang piatu sejak dua tahunan yang lalu itu, selamat dari maut.

            Munari memaklumi sikap menantunya yang menentang keluar rumah. Sebab, dibelakang rumahnya notabene tidak ada yang tinggi yang dikhawatirkan longsor dahsyat. Tebingnya hanya tinggi satu meteran. Namun bertingkat. Jika di kalkulasi, memang bisa mencapai puluhan meter.

            Pun  dem,ikian dengan pengalaman empat tahunan, tinggal di rumah yang terkena longsoran itu. Sama sekali tidak pernah ada kejadian longsoran meski kecil. “Tanahnya memang gembur. Tapi tidak pernah ada longsor,” akunya.

            Tetapi dia masih ingat, dua bulan sebelumnya, puncak ketinggian yang di Tanami sengon, mulai di tebangi pemiliknya. Hanya tersisa beberapa sengon dikebun kopi yang mengelilingi rumahnya. 

            Munari mengaku memang tak pernah trauma. Diperkuat sikapnya, yang  beberapa kali menunjukkan gaya humorisnya bersama sang istri.

            Namun yang dia pikirkan, psikologis keempat cucunya. Karena mereka masih kecil. Seperti Holipa yang masih duduk di kelas 1 SD, Holidin kelas 4 SD, Dan Suryana kelas 6 SD. “Kalau Sitiana sudah lulus sekolah. Umurnya sudah 16 tahun,” ungkapnya.

            Selain kejiwaan keempat cucunya, dia juga mulai berpikir bagaimana cara melanjutkan sekolah mereka. Sebab, semua harta yang dia miliki, ikut terkubur tanah longsoran. Belum lagi soal tempat tinggal. “Sekarang saya pasrah,” tuturnya. (rul/c1/hdi)

Sumber: JP-RJ Kamis 19 Oktober 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cara Anak Muda Buktikan Eksistensi dalam Globalisasi

Mulai Prestasi Internasional sampai Bersatu Lawan Hoax             Di era globalisasi, pemuda tidak hanya menyumbangkan peran secar...