Kamis, 04 Januari 2018

Dr Soni Sisbudi Harsono, Sulap Limbah Kopi Jadi Bahan Bakar


Kalahkan 2.000 Peserta, Terpilih dalam CPPBT Kemenristek Dikti 

Idenya sederhana,menjadikan limbah kopi sebagai bahan bakar untuk kompor buatan sendiri. Namun, hal sederhana itu membuat karyanya diterima dalam Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi(CPPHBT), mengalahkan 2.000 peserta.
                                    BAGUS SUPRIADI,Jember
 LIMBAH kopi yang dibuat Dr Soni ini dibungkus dalam plastik putih dan sudah berbentuk padat. Limbah tersebut sudah siap menjadi bahan bakar baik di kompor khusus yang dibuatnya. Semua proses pembuatan dibuat dirumahnya, dijalan S.Parman Gang 10 No 17 Sumbersari.
      Soni membuat alat khusus untuk mengolah limbah kopi disamping rumahnya. Tempat tersebut bakal menjadi wadah pelatihan cara mengolah limbah kopi. “Ini penelitian kedua,sebelumnya pernah menjadikan limbah kopi sebagai bio-etanol,” kata pria kelahiran 31 Desember 1964 tersebut.
       Kemudian,sekitar dua tahun lalu dia mencoba mengembangkannya lagi menjadi bahan bakar.
           Harga pelet Terjangkau Masyarakat Menengah Ke Bawah
      Ternyata,upaya itu berhasil setelah dicoba melalui berbagai proses panjang. Tak selesai disitu, Soni ingin mengembangkan pada limbah lain. “Misal limbah kulit pisang, kakao agar juga bisa menjadi bahan bakar,”ucapnya.
        Sebab, bila hanya menggunakan limbah kopi, jumlahnya terbatas dan tergantung pada masa panen. Sekarang dia berpikir ieras agar bisa mewujudkan limbah lain menjadi bahan bakar.”Nanti tidak usah pakai gas,dan tidak ada sampah,”akunya.
        Menurut dia,setiap musim panen raya kopi tiba,dirinya selalu menemukan tumpukan limbah cangkang kopi ataupun kulit kopi yang menggunung. Limbah  tersebut tanpa penanganan yang bagus. Padahal,berpotensi menjadi sumber penyakit bagi masyarakat sekitar.
       Tak hanya itu, limbah dari proses pengolahan kopi juga dapat merusak tanah dan ekosistem yang ada di sungai. “Limbah itu bersifat asam tidak bagus untuk tanah dan berpotensi menjadi sumber penyakit bagi masyarakat sekitar, biasanya warga sakit-sakitan,“terangnya
        Dia mencontohkan sekali musim panen pada bulan Mei sampai September, limbah kulit kopi yang ada di sekitar perkebunan di bawah Kawah Ijen Bondowoso mencapai 4 ton. Selama ini limbah kulit kopi hanya menjadi sampah selama kurang lebih enam bulan.
         Sebab setelah enam bulan,limbah kopi sudah di jadikan pupuk organik untuk tanaman kopi. Hanya saja, selama masa menunggu. Sampah itu bisa merusak kondisi tanah karena bersifat asam. Apalagi jika musim hujan air serapan dari sampah kopi tersebut sangat tidak baik.
        Untuk itulah, dosen Fakultas Teknologi Pertanian Unej itu berupaya mengolah limbah dengan baik sehingga bisa membawa berkah bagi masyarakat. Kulit kopi bisa di jadikan bahan bakar pengganti gas. Sehingga hemat secara ekonomi.
        Anggota tim peneliti Coffee For Social Welfare (CFW) ini bahan bakar berupa berikut berbahan dasar kulit kopi. Pelaksanaannya cukup mudah dengan biaya yang sangat murah. Yakni limbah kulit kopi di keringkan hingga kadar airnya di bawah 12 persen.
        Kemudian ukurannya di perkecil dan dicampurkan dengan bahan lain seperti grajen kayu atau arang sekam. Setelah itu, dicampur dengan lem b erbahan ketela yang di buat baru. “kemudian di masukkan pada mesin pencetak kemudian di keringkan,”tutur ayah tiga anak tersebut.
        Biaya proses pembuatan pelet bahan bakar kompor terjangkau bagi masyarakat menengah ke bawah. Untuk menghasilkan 1 kilogram briket hanya RP 6.500 rupiah. “perkilogram limbah bisa untuk masak nasi 1 kilogram, masak air dan lauk pauk selama 8 jam paparnya.
        Bahkan, lebih hemat 25 persen dari total biaya ke subsidi. Hal ini akan sangat membantu mengurangi pengeluaran belanja rumah tangga masyarakat. Tak hanya bahan bakarnya, pria yang sesdang proses meraih guruh besar itu membuat kompornya.
         Timnya sudah berhasil memproduksi kompor hemat energi yang bahan bakarnya bisa menggunakan limbah kulit kopi. Kompor tersebut akan segera diproduksi masal untuk dibagikan atau dijual dengan harga murah kepada masyarakat sekitar perkebunan kopi. 
         Berkat penelitiannya tersebut, inofasi itu akan dibahas dalam Jember International Coffee Conference. Bahkan juga akan menghadiri kegiatan kopi di Jakarta, yakni pelatihan perusahaan pemula berbasis teknologi. (cl/hdi)
Sumber:JP-RJ kamis 5 Oktober 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cara Anak Muda Buktikan Eksistensi dalam Globalisasi

Mulai Prestasi Internasional sampai Bersatu Lawan Hoax             Di era globalisasi, pemuda tidak hanya menyumbangkan peran secar...