Kalahkan 2.000 Peserta, Terpilih dalam CPPBT Kemenristek Dikti
Idenya
sederhana,menjadikan limbah kopi sebagai bahan bakar untuk kompor buatan
sendiri. Namun, hal sederhana itu membuat karyanya diterima dalam Calon
Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi(CPPHBT), mengalahkan 2.000 peserta.
BAGUS SUPRIADI,Jember
LIMBAH kopi
yang dibuat Dr Soni ini dibungkus dalam plastik putih dan sudah berbentuk
padat. Limbah tersebut sudah siap menjadi bahan bakar baik di kompor khusus
yang dibuatnya. Semua proses pembuatan dibuat dirumahnya, dijalan S.Parman Gang
10 No 17 Sumbersari.
Soni
membuat alat khusus untuk mengolah limbah kopi disamping rumahnya. Tempat
tersebut bakal menjadi wadah pelatihan cara mengolah limbah kopi. “Ini
penelitian kedua,sebelumnya pernah menjadikan limbah kopi sebagai bio-etanol,”
kata pria kelahiran 31 Desember 1964 tersebut.
Kemudian,sekitar dua tahun lalu dia mencoba mengembangkannya lagi
menjadi bahan bakar.
Harga pelet Terjangkau Masyarakat Menengah Ke Bawah
Ternyata,upaya
itu berhasil setelah dicoba melalui berbagai proses panjang. Tak selesai
disitu, Soni ingin mengembangkan pada limbah lain. “Misal limbah kulit pisang,
kakao agar juga bisa menjadi bahan bakar,”ucapnya.
Sebab, bila hanya menggunakan limbah
kopi, jumlahnya terbatas dan tergantung pada masa panen. Sekarang dia berpikir
ieras agar bisa mewujudkan limbah lain menjadi bahan bakar.”Nanti tidak usah
pakai gas,dan tidak ada sampah,”akunya.
Menurut dia,setiap musim panen raya
kopi tiba,dirinya selalu menemukan tumpukan limbah cangkang kopi ataupun kulit
kopi yang menggunung. Limbah tersebut
tanpa penanganan yang bagus. Padahal,berpotensi menjadi sumber penyakit bagi
masyarakat sekitar.
Tak hanya itu, limbah dari proses
pengolahan kopi juga dapat merusak tanah dan ekosistem yang ada di sungai.
“Limbah itu bersifat asam tidak bagus untuk tanah dan berpotensi menjadi sumber
penyakit bagi masyarakat sekitar, biasanya warga sakit-sakitan,“terangnya
Dia mencontohkan sekali musim panen
pada bulan Mei sampai September, limbah kulit kopi yang ada di sekitar
perkebunan di bawah Kawah Ijen Bondowoso mencapai 4 ton. Selama ini limbah
kulit kopi hanya menjadi sampah selama kurang lebih enam bulan.
Sebab setelah enam bulan,limbah kopi
sudah di jadikan pupuk organik untuk tanaman kopi. Hanya saja, selama masa
menunggu. Sampah itu bisa merusak kondisi tanah karena bersifat asam. Apalagi jika
musim hujan air serapan dari sampah kopi tersebut sangat tidak baik.
Untuk itulah, dosen Fakultas Teknologi
Pertanian Unej itu berupaya mengolah limbah dengan baik sehingga bisa membawa
berkah bagi masyarakat. Kulit kopi bisa di jadikan bahan bakar pengganti gas.
Sehingga hemat secara ekonomi.
Anggota tim peneliti Coffee For Social
Welfare (CFW) ini bahan bakar berupa berikut berbahan dasar kulit kopi.
Pelaksanaannya cukup mudah dengan biaya yang sangat murah. Yakni limbah kulit
kopi di keringkan hingga kadar airnya di bawah 12 persen.
Kemudian ukurannya di perkecil dan
dicampurkan dengan bahan lain seperti grajen kayu atau arang sekam. Setelah
itu, dicampur dengan lem b erbahan ketela yang di buat baru. “kemudian di
masukkan pada mesin pencetak kemudian di keringkan,”tutur ayah tiga anak
tersebut.
Biaya proses pembuatan pelet bahan
bakar kompor terjangkau bagi masyarakat menengah ke bawah. Untuk menghasilkan 1
kilogram briket hanya RP 6.500 rupiah. “perkilogram limbah bisa untuk masak
nasi 1 kilogram, masak air dan lauk pauk selama 8 jam paparnya.
Bahkan, lebih hemat 25 persen dari
total biaya ke subsidi. Hal ini akan sangat membantu mengurangi pengeluaran
belanja rumah tangga masyarakat. Tak hanya bahan bakarnya, pria yang sesdang
proses meraih guruh besar itu membuat kompornya.
Timnya sudah berhasil memproduksi
kompor hemat energi yang bahan bakarnya bisa menggunakan limbah kulit kopi.
Kompor tersebut akan segera diproduksi masal untuk dibagikan atau dijual dengan
harga murah kepada masyarakat sekitar perkebunan kopi.
Berkat penelitiannya tersebut, inofasi
itu akan dibahas dalam Jember International Coffee Conference. Bahkan juga akan
menghadiri kegiatan kopi di Jakarta, yakni pelatihan perusahaan pemula berbasis
teknologi. (cl/hdi)
Sumber:JP-RJ kamis 5 Oktober 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar