Selasa, 23 Januari 2018

Fauziyah Azzahro, Petenis Jember Yang Raih Medali Widjojo Soejono Cup



Ini Kesempatan Terakhir Bagi Saya Main di Junior

            Satu prestasi yang di banggakan di ukir oleh arek Jember. Atlet tenis lapangan junior, Fauziyah Azzahro, menyambet medali perunggu di kejuaraan bertaraf Internasional, Widjojo Soejono Cup 2017. Ini menjadi capaian tertinggi bagi tenis lapangan di Jember, meski berpasangan dengan petenis asal Australia.


ADI FAIZIN, Jember
 


            RONA kegembiraan terlihat jelas dari raut muka Fauziyah Azzahro. Maklum saja, gadis yang akrab di sapa Usi ini baru saja menggondol medali  perunggu dari piala Widjojo Soejono Cup 2017. Event ini salah satu kejuaraan tenis lapangan berkualifikasi Terdaftar di Pelti (TDP) yang mempertandingkan kelas nasional dan internasional. 

            Kejuaraan yang digelar di Surabaya tersebut  selama ini di kenal sebagai salah satu kejuaraan tenis  lapangan bergengsi yang di ikuti altet berbagai Negara. “Kemarin itu aku nggak nyangka  aja bisa dapat medali. Karena saingannya cukup berat, dan tidak Cuma dari Indonesia aja,” tuturnya.

            Medali perunggu ini menjadi capaian tertinggi yang di raih Usai sepanjang karirnya bermain di kelompok junior. Terakhir, dia juga menyabet gelar juara 1 di kejuaraan nasional Unej Cup 2017. Tahun ini jugamenjadi kesempatan terakhir Usi untuk bermain di kelompok junior.  Maklum saja,  tahun ini usia Usi sudah mulai memasuki 17 tahun. Dia pun sudah mulai masuk jenjang perguruan tinggi. “Insyaallah akan lanjut ke kelas senior,” tutur mahasiswi semester 1 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jember ini. 

            Usi merupakan satu dari 13 atlet Jember yang dikirim mengikuti kejuaraan kelompok junior Piala Widjojo Soejono 2017 di lapangan tenis  Makodam V/ Brawijaya, Surabaya. Dalam kejuaraan yang berlangsung sejak tanggal 8 hingga 15 Oktober 2017 tersebut,  Usi bertanding din kelas Internasional, sedanngkan 12 atlet Jember lainnya bertanding di kelas nasional. 

            Usi mengantongi tiket untuk langsung melaju ke babak utama di kelas internasional Piala Widjojo Soejono karena masuk dalam peringkat atlet nasional yang di tetapkan pengurus Pusat Persatuan Lawan Tenis Indonesia (pelti).

            Saat di hubungi Jawa Pos Radar Jember usai pulang bertanding di Surabaya, Usi terlihat sibuk “mengejar” ketertinggalan materi kuliah yang sempat ia tinggalkan selama beberapa hari itu. Sebagai mahasiswa yang merangkap sebagai atlet, Usi memang di tuntut untuk pandai mengatur waktu. 

            “Iya, hari ini kalau dari jam 1 siang sampai jam 7 malam, kuliahnya padat. Paginya aku mengerjakan tugas yang kemarin, numpuk, “tutur mahasiswi kelahiran 11 Juni 2000 ini.

            Langsung melaju di babak utama, langkah Usi tak selalu mulus. Dihari pertama kejuaraan, Usi terlebih dulu di kelompok tunggal junior putri. Langkah Usi di tunggal tersebut terhenti di babak 16 besar, setelah di kalahkan oleh petenis junior asal India, Prathyusha Rachapudi.

            Lawan Usi ini memang terbilang cukup kuat. Selain memiliki tinggi badan yang menjulang, yakni 175 cm, Rachapudi yang masuk 50 besar petenis junior putrid terbaik dunia itu juga di kenal mamiliki gaya bermain backhand stroke yang cukup bagus.  “Service dari pemain India itu kenceng banget. Agak kerepotan menghadapinya,” jelas Usi.

            Finish di babak 16 besar, setidaknya menjadi peningkatan prestasi bagi Usi. Dalam kelompok dan kejuaraan yang sama tahun sebelumnya, Usi hanya sampai di babak 32 besar. 

            Terehenti di kelompok tunggal putri, Usi Fokus bermain di kelompok  ganda putri. Yang menarik dalam kikejuaraan tenis lapangan, penentuan pasangan di lakukan hanya beberapa saat sebelum pertandingan di mulai. Saat kejuaraan, Usi menemukan pasangan duet nya yakni dengan petenis asal Australia, yakni Chaterine Aulia. 

            “Kalau dari Negara lain biasanya sudah dapat partner dari negaranya masing-masing. Ini aku kebetulan dapat dari Australia, tapi dia bisa bahasa Indonesia sedikit-sedikit karena masih ada darah Indonesianya,” jelas perempuan asal Kaliwates ini.

            Meski baru mengenal bebrapa saat dan belum pernah berlatih bersama, keduanya bisa bermain dengan kompak. “Kita komunikasi pakai bahasa inggris biar efektif. Saling menyemangati aja meski baru kenal dan belum tahu gaya permainanya,” tutur Usi. 

            Berpasangan dengan Chaterine, Usi melenggang mulus hingga babak semi final dan meraih medali perunggu alias juara 3. Mereka kalah tipis super tie break dari pasangn asal Kalimantan-Jakarta, Putri Sanjungan- Nanere. Meski berstatus atlet asal Jakarta, Naner lebih banyak berlatih di  Belanda fdan Perancis. 

            Dari Ayah Gemar Tinju

            Tenis memang menjadi bagian tak trpisahkan dalam hidup Usi. Maklum saja, sang ayah, Paidi merupakan mantan atlet tinju Jember yang pernah menembus peringkat empat Nasional. “Berhububg aku dan kakakku cewek, makanya kita di kenalkan ke tenis oleh oran tua. Karena selain tidak berat, Tenis juga di nilai cukup menjanjikan masa depan di karir dan pendidikan,” tutur alumnus SMAN 4  Jember ini.

            Bungsu dari dua bersaudara ini mulai di kenalkan kepada tenis oleh orang tuanya sejak kelas 4 SD. “Tapi orang tua melihatnya cuma aku yang semangat di tenis, makanya di terusin sampai sekarang,” kenang Usi.

            Berbagai kejuaraan pun terus di ikuti oleh Usi sedari kecil. Salah satu yang paling dia kenang adalah ketika mengikuti kejuaraan di Solo pada tahun 2010. “Itu pertama kalinya aku ikut kejuaraan jadi juara, dan langsung jadi juara 1 juga. Saat itu, ayah ibu langsung menangis terharu setelah pertandingan usai,” kenang putrid pasangan Paidi-Sri Rejeki Witaningsih itu.

            Pembinaan Lesu

            Capaian internasional yang berhasil di torehkan Usi ini laksanaan segar di tengah kelesuan pembinaan atlet junior di Jember. “Ini adalah capaian internasional pertama kali yang berhasil yang diraih Jember dari 37 kali penyelenggaraan Piala Widjojo Soejono ,” tutur Ketua Pengurus Kabupaten (Pengkab) Pelti Jember, Soetriono.

            Diakui Soetriono, saat ini nyaris semua cabor di Jember, termasuk tenis lapangan, sedang lesu dalam hal pembinaan atlet junior. Kondisi ini imbas dari belum di cairkannya dana pembinaan untuk seluruh cabor yang ada di Jember seluruhJember.


            “Tidak sekadar materi sebenarnya. Anak-anak itu kalau bisa di terima oleh bupati nya di pendopo seperti persib junior kemarin, itu sudah suntikan moral dan motivasi yang luar biasa. Karena mereka kan juga anaknya bupati,” terang Soetriono.

            Selain Usi, Jember juga meraih medali untuk kelas nasional junior di piala Widjojo Soejono.  Mereka antara lain Sultan Khafi Delon merai medali perak di kelompok Umur (KU) 14 tunggal – putra. Lalu pasangan Jember, Chofifah Indar Paraswati- Risna Talita Salsabela (Shela) yang meraih medali emas di KU 14 ganda-putri. 

            Yang menarik, Chofifah dan Shela masing-masing juga meraih medali emas dan perak di tunggal putrid KU 12 Tunggal Putri. “Delon ini sebenarnya usianya masih 12 tahun, tapi dia berani masuk KU 14 tahun dan dapat medali. Luar biasa,” jelas Soetriono.

            Karena dana pembinaandana cabor yang belum juga cair, para pengurus Pelti Jember pun harus urunan untuk membantu orang tua atlet untuk biaya akomodasi dan pelatihan para atlet Jember tersebut.

            “Untuk Usi, juga di bantu dari Unej. Selain karena dia mahasiswa disana, karena Unej juga punya komitmen tenis lapangan,” tutur Soetriono yang juga guru besar di Fakultas Pertanian Unej ini.

            Dengan raihan beberapa medali nasional dan internasional tersebut, Soetriono berharap adanya respon dari Bupati Jember dr Faida. “Kami sudah dua kali kirim surat ke Pemkab, agak anak-anak ini setidaknya bisa di terima bupati di pendopo. Selain untuk menambah motifasi mereka,  juga untuk memperkenalkan  kepada bupati, ini lho anak-anaknya yang berprestasi,” tutur Soetriono.

            Namun sayangnya, dari kirim dua kali surat tersebut, hingga kini belum ada hasil. “Waktu pertama kali kirim surat permohonan, kamindi suruh memperbaiki. Suruh melengkapi SK Kepengurusan, prestasi dan data-data lainnya. Setelah kami lengkapi, sampai sekarang juga tidak ada kabar lagi,” aku Soetriono.

            Rencananya, Pengkab Pelti masih akan berupaya berkomunikasi dengan Pemkab Jember melalui surat resmi. “Kita akan kirim lagi surat yang ketiga kalinya. Kalau masih belum ada respon, ya sudah kita pasrah saja,” pungkas Soetriono. (ad/hdi)

Sumber: JP-RJ Minggu 22 Oktober 2017       

           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cara Anak Muda Buktikan Eksistensi dalam Globalisasi

Mulai Prestasi Internasional sampai Bersatu Lawan Hoax             Di era globalisasi, pemuda tidak hanya menyumbangkan peran secar...