Ini Kesempatan Terakhir Bagi Saya Main di Junior
Satu
prestasi yang di banggakan di ukir oleh arek Jember. Atlet tenis lapangan
junior, Fauziyah Azzahro, menyambet medali perunggu di kejuaraan bertaraf
Internasional, Widjojo Soejono Cup 2017. Ini menjadi capaian tertinggi bagi
tenis lapangan di Jember, meski berpasangan dengan petenis asal Australia.
ADI FAIZIN, Jember
RONA kegembiraan
terlihat jelas dari raut muka Fauziyah Azzahro. Maklum saja, gadis yang akrab
di sapa Usi ini baru saja menggondol medali
perunggu dari piala Widjojo Soejono Cup 2017. Event ini salah satu
kejuaraan tenis lapangan berkualifikasi Terdaftar di Pelti (TDP) yang mempertandingkan
kelas nasional dan internasional.
Kejuaraan
yang digelar di Surabaya tersebut selama
ini di kenal sebagai salah satu kejuaraan tenis
lapangan bergengsi yang di ikuti altet berbagai Negara. “Kemarin itu aku
nggak nyangka aja bisa dapat medali.
Karena saingannya cukup berat, dan tidak Cuma dari Indonesia aja,” tuturnya.
Medali
perunggu ini menjadi capaian tertinggi yang di raih Usai sepanjang karirnya
bermain di kelompok junior. Terakhir, dia juga menyabet gelar juara 1 di
kejuaraan nasional Unej Cup 2017. Tahun ini jugamenjadi kesempatan terakhir Usi
untuk bermain di kelompok junior. Maklum
saja, tahun ini usia Usi sudah mulai
memasuki 17 tahun. Dia pun sudah mulai masuk jenjang perguruan tinggi. “Insyaallah
akan lanjut ke kelas senior,” tutur mahasiswi semester 1 di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, Universitas Jember ini.
Usi
merupakan satu dari 13 atlet Jember yang dikirim mengikuti kejuaraan kelompok
junior Piala Widjojo Soejono 2017 di lapangan tenis Makodam V/ Brawijaya, Surabaya. Dalam
kejuaraan yang berlangsung sejak tanggal 8 hingga 15 Oktober 2017 tersebut, Usi bertanding din kelas Internasional,
sedanngkan 12 atlet Jember lainnya bertanding di kelas nasional.
Usi
mengantongi tiket untuk langsung melaju ke babak utama di kelas internasional
Piala Widjojo Soejono karena masuk dalam peringkat atlet nasional yang di
tetapkan pengurus Pusat Persatuan Lawan Tenis Indonesia (pelti).
Saat
di hubungi Jawa Pos Radar Jember usai pulang bertanding di Surabaya, Usi
terlihat sibuk “mengejar” ketertinggalan materi kuliah yang sempat ia
tinggalkan selama beberapa hari itu. Sebagai mahasiswa yang merangkap sebagai
atlet, Usi memang di tuntut untuk pandai mengatur waktu.
“Iya,
hari ini kalau dari jam 1 siang sampai jam 7 malam, kuliahnya padat. Paginya
aku mengerjakan tugas yang kemarin, numpuk, “tutur mahasiswi kelahiran 11 Juni
2000 ini.
Langsung
melaju di babak utama, langkah Usi tak selalu mulus. Dihari pertama kejuaraan,
Usi terlebih dulu di kelompok tunggal junior putri. Langkah Usi di tunggal
tersebut terhenti di babak 16 besar, setelah di kalahkan oleh petenis junior
asal India, Prathyusha Rachapudi.
Lawan
Usi ini memang terbilang cukup kuat. Selain memiliki tinggi badan yang
menjulang, yakni 175 cm, Rachapudi yang masuk 50 besar petenis junior putrid
terbaik dunia itu juga di kenal mamiliki gaya bermain backhand stroke yang
cukup bagus. “Service dari pemain India
itu kenceng banget. Agak kerepotan menghadapinya,” jelas Usi.
Finish
di babak 16 besar, setidaknya menjadi peningkatan prestasi bagi Usi. Dalam
kelompok dan kejuaraan yang sama tahun sebelumnya, Usi hanya sampai di babak 32
besar.
Terehenti
di kelompok tunggal putri, Usi Fokus bermain di kelompok ganda putri. Yang menarik dalam kikejuaraan
tenis lapangan, penentuan pasangan di lakukan hanya beberapa saat sebelum
pertandingan di mulai. Saat kejuaraan, Usi menemukan pasangan duet nya yakni
dengan petenis asal Australia, yakni Chaterine Aulia.
“Kalau
dari Negara lain biasanya sudah dapat partner dari negaranya masing-masing. Ini
aku kebetulan dapat dari Australia, tapi dia bisa bahasa Indonesia
sedikit-sedikit karena masih ada darah Indonesianya,” jelas perempuan asal
Kaliwates ini.
Meski
baru mengenal bebrapa saat dan belum pernah berlatih bersama, keduanya bisa
bermain dengan kompak. “Kita komunikasi pakai bahasa inggris biar efektif.
Saling menyemangati aja meski baru kenal dan belum tahu gaya permainanya,”
tutur Usi.
Berpasangan
dengan Chaterine, Usi melenggang mulus hingga babak semi final dan meraih
medali perunggu alias juara 3. Mereka kalah tipis super tie break dari pasangn
asal Kalimantan-Jakarta, Putri Sanjungan- Nanere. Meski berstatus atlet asal
Jakarta, Naner lebih banyak berlatih di
Belanda fdan Perancis.
Dari Ayah Gemar Tinju
Tenis memang
menjadi bagian tak trpisahkan dalam hidup Usi. Maklum saja, sang ayah, Paidi
merupakan mantan atlet tinju Jember yang pernah menembus peringkat empat
Nasional. “Berhububg aku dan kakakku cewek, makanya kita di kenalkan ke tenis
oleh oran tua. Karena selain tidak berat, Tenis juga di nilai cukup menjanjikan
masa depan di karir dan pendidikan,” tutur alumnus SMAN 4 Jember ini.
Bungsu
dari dua bersaudara ini mulai di kenalkan kepada tenis oleh orang tuanya sejak
kelas 4 SD. “Tapi orang tua melihatnya cuma aku yang semangat di tenis, makanya
di terusin sampai sekarang,” kenang Usi.
Berbagai
kejuaraan pun terus di ikuti oleh Usi sedari kecil. Salah satu yang paling dia
kenang adalah ketika mengikuti kejuaraan di Solo pada tahun 2010. “Itu pertama
kalinya aku ikut kejuaraan jadi juara, dan langsung jadi juara 1 juga. Saat
itu, ayah ibu langsung menangis terharu setelah pertandingan usai,” kenang
putrid pasangan Paidi-Sri Rejeki Witaningsih itu.
Pembinaan Lesu
Capaian
internasional yang berhasil di torehkan Usi ini laksanaan segar di tengah
kelesuan pembinaan atlet junior di Jember. “Ini adalah capaian internasional
pertama kali yang berhasil yang diraih Jember dari 37 kali penyelenggaraan
Piala Widjojo Soejono ,” tutur Ketua Pengurus Kabupaten (Pengkab) Pelti Jember,
Soetriono.
Diakui
Soetriono, saat ini nyaris semua cabor di Jember, termasuk tenis lapangan,
sedang lesu dalam hal pembinaan atlet junior. Kondisi ini imbas dari belum di
cairkannya dana pembinaan untuk seluruh cabor yang ada di Jember seluruhJember.
“Tidak
sekadar materi sebenarnya. Anak-anak itu kalau bisa di terima oleh bupati nya
di pendopo seperti persib junior kemarin, itu sudah suntikan moral dan motivasi
yang luar biasa. Karena mereka kan juga anaknya bupati,” terang Soetriono.
Selain
Usi, Jember juga meraih medali untuk kelas nasional junior di piala Widjojo
Soejono. Mereka antara lain Sultan Khafi
Delon merai medali perak di kelompok Umur (KU) 14 tunggal – putra. Lalu
pasangan Jember, Chofifah Indar Paraswati- Risna Talita Salsabela (Shela) yang
meraih medali emas di KU 14 ganda-putri.
Yang
menarik, Chofifah dan Shela masing-masing juga meraih medali emas dan perak di
tunggal putrid KU 12 Tunggal Putri. “Delon ini sebenarnya usianya masih 12
tahun, tapi dia berani masuk KU 14 tahun dan dapat medali. Luar biasa,” jelas
Soetriono.
Karena
dana pembinaandana cabor yang belum juga cair, para pengurus Pelti Jember pun
harus urunan untuk membantu orang tua atlet untuk biaya akomodasi dan pelatihan
para atlet Jember tersebut.
“Untuk
Usi, juga di bantu dari Unej. Selain karena dia mahasiswa disana, karena Unej
juga punya komitmen tenis lapangan,” tutur Soetriono yang juga guru besar di
Fakultas Pertanian Unej ini.
Dengan
raihan beberapa medali nasional dan internasional tersebut, Soetriono berharap
adanya respon dari Bupati Jember dr Faida. “Kami sudah dua kali kirim surat ke
Pemkab, agak anak-anak ini setidaknya bisa di terima bupati di pendopo. Selain
untuk menambah motifasi mereka, juga
untuk memperkenalkan kepada bupati, ini
lho anak-anaknya yang berprestasi,” tutur Soetriono.
Namun
sayangnya, dari kirim dua kali surat tersebut, hingga kini belum ada hasil.
“Waktu pertama kali kirim surat permohonan, kamindi suruh memperbaiki. Suruh
melengkapi SK Kepengurusan, prestasi dan data-data lainnya. Setelah kami
lengkapi, sampai sekarang juga tidak ada kabar lagi,” aku Soetriono.
Rencananya,
Pengkab Pelti masih akan berupaya berkomunikasi dengan Pemkab Jember melalui
surat resmi. “Kita akan kirim lagi surat yang ketiga kalinya. Kalau masih belum
ada respon, ya sudah kita pasrah saja,” pungkas Soetriono. (ad/hdi)
Sumber: JP-RJ Minggu 22 Oktober 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar