Arsip dari
Berbagai OPD Sempat Disimpan Dalam Karung
Manajemen ke
arsipan sejatinya sangat penting dalam suatu pemerintahan. Selain
mendokumentasikan birokrasi, manajemen ke arsipan sejatinya penting untuk
merekam jejak sejarah suatu pemerintahan. Sayangnya, kantor arsip di Jember
kondisinya amat memprihatinkan. Ada banyak peristiwa sejarah Jember yang tidak
terdokumentasikan.
ADI FAIZIN,Jember
“SELAMA
saya bekerja disini, anda adalah wartawan pertama dan satu-satunya yang datang
kesini untuk bertanya tentang arsip pemerintah Jember. Saya sangat bahagia dan
terharu,” tutur suradi, salah satu staf kantor Bidang Kearsipan Kabupaten
Jember saat menerima kunjungan Jawa Pos Radar Jember.
Saat itu, jam
dinding sebenarnya sudah menunjukan waktu pukul 16.30, atau melewati jam dinas
bagi seorang PNS dilingkungan Pemkab Jember.
Namun,
Suradi rela berangkat kembali dari rumahnya menju kantor arsip yang ada di Desa
Jubung, demi menemani Jawa Pos Radar Jember.
Meski
lokasi kantor ini cukup strategis di pinggir jalan, masyarakat yang tidak tahu
akan kesulitan untuk menemukannya. Pasalnya, papan nama di depan halaman kantor
tertutup oleh kain.
“Karena
dengan perubahan struktur, kita kini menjadi bidang ke arsipan, di bawah dinas.
Tapi belum sempat diganti, jadi masih kami tutup dengan kain,” jelas Suradi.
Ini adalah kunjungan ke dua kalinya Jawa Pos
Radar Jember ke kantor arsip. Kunjungan pertama sekitar dua minggu yang lalu,
saat bermaksud menggali foto-foto pemilu tahun 1955 di Jember untuk penulisan
edisi khusus tentang sepak terjang PKI di Jember yang terbit pada Senin, 2
Oktober 2017. Namun, sayangnya saat itu harus pulang dengan tangan hampa. Data
yang di cari justru di temukan di tempat lain.
Ketiadaan
dokumen yang merekam jejak perjalanan Kabupaten Jember pasca Kemrdekaan,
menjadi salah satu gambaran tentang kondisi manajemen ke arsipan di lingkungan
Pemkab Jember yang masih memprihatinkan. Suradi yang sebelumnya bekerja sebagai
kasi kesra kantor kelurahan Sumbesari, mulai bekerja di kantor arsip pemkab
jember sejak 2012. Jabatannya saat ini adalah kasi pelayanan ke arsipan.
“Saat
awal saya pindah kesini,arsip-arsip ada dalam puluhan karung dari berbagai OPD
(organisasi perangkat daerah). Kantor ini sampai penuh, berantakan,” tenang
Suradi. Dibutuhkan waktu berbulan-bulan untuk memilah dan menata arsip-arsip
yang di kirimkan dari berbagai OPD di Pemkab Jember ke kantor arsip jember.
Pekerjaan melelahkan itu membutuhkan waktu berbulan-bulan dan hingga kini pun
tidak rampung. Sebab, arsip-arsip juga terus berdatangan dengan kondisi yang
berserakan.
“Seharusnya
memang arsip yang datang kesini sudah tertata dengan rapi oleh mereka. Jadi
bukan kita yang memilah. Kita juga kekurangan tenaga,”lanjut Suradi. Saat ini,
kantor arsip Jember memiliki tujuh orang PNS
termasuk satu orang kepala bidang (kabid) dan dua orang kasi, termasuk
Suradi salah satu di antaranya. Jumlah itu di tambah dengan dua orang tenaga
honorer, termasuk seorang petugas kebersihan. “Petugas kebersihan kita itu
termasuk bagus. Dia punya kemauan untuk belajar sering juga kita kirim kalau
ada acara-acara diklat ke arsipan,”lanjut Suradi.
Suradi tidak
tahu persis, sejak kapan kantor itu terbentuk di Jember. Perjalanannya pun
mengalami berbagai perubahan struktur, mulai dari saat masih berdiri sendiri
sebagai kantor arsip, lalu kemudian melebur dengan perpustakaan daerah Jember
sebagai bidang ke arsipan dikantor
perpiustakaan dan ke arsipan daerah Pemkab Jember. Sejak awal tahun ini,
kantor tersebut naik status menjadi dinas.
Tak hanya
struktur. Lokasi kantor pun berpindah-pindah. Menurut Suradi, yang dia tahu,
kantornya ini dulu sempat beberapa kali pindah, termasuk pernah juga berada di
arjarsa yang kini di tempati oleh dinas lingkungan hidup. Saat Suradi di mutasi ke kantor arsip pada 2012,
lokasinya sudah berada di kantor saat ini yang ada di Jubung. “Dulunya ini
adalah kantor dinas cipta karya,”jelas bapak tiga anak ini.
Berpindah-pindahnya
kantor arsip, menurut Suradi memang memungkinkan adanya arsip yang tertinggal
atau tercecer. Namun dia tidak bisa memastikan . Yang pasti, koleksi kearsipan
dari lembaga tersebut memang jauh dari harapan. Mereka hanya menyimpan
kertas-kertas dokumen lembaga pemerintahan di Jember mulai tahun 1970. “Itu pun
yang tahun 1997-an jumlahnya amat sedikit,” jelas Suradi.
Saat kami
berkeliling kantor, hanya ada beberapa foto “Sejarah Jember” yang jumlahnya
bisa di hitung dengan jari. Foto tersebut antara lain tentang penghargaan dari
Ibu Tien (istri Presiden Soeharto) kepada kelompok PKK Jember, juga foto
kunjungan Gubernur Jatim Basofi Sudirman. Semua foto era tahun 1990-an. Nyaris
tidak ada foto yang benar-benar memiliki nilai sejarah penting terkait
perjalanan Kabupaten Jember.
“Sebenarnya
saya udah berupaya mengumpulkan foto-foto Bupati Jember yang lama-lama, tpi
tidak ada tanggapan yang memadai dari instansi lain. Jadi saya juga bingung mau
mulai dari mana,”aku Suradi. Sebenarnya ia punya gegasan untuk membuat bidang
ke arsipan menjadi lebih hidup. Dia bermimpi untuk bisa mendokumentasikan
setiap momen penting di jember, termasuk setiap
kunjungan Presiden atau efen penting lain, untuk kemudian di pajang di
kantornya. “Jadi sekalian anak-anak SD disekitar sini, bisa berwisata dengan
melihat foto-foto dikantor kita. Tapi kami terbentur anggaran yang
minim,”lanjut Suradi.
Minimnya
anggaran bisa terlihat yang paling mencolok dari fasilitas kantor. Kantor
bidang kearsipan hanya memilikisebuah dispenser, namun tiodak ada galon berisi
air mineral. “Kita tidak ada anggaran untuk beli air mineral, Jadi teman-teman
kalau mau minum, bawa sendiri-sendiri dari rumah atau beli di warung,”ujar pria
kelahiran 23 November 1963 itu.
Minimnya
anggaran juga terlihat dari perawatan arsip yang ada. Ruang penyimpanan arsip
di biarkan berdebu karena memang tidak memiliki alat khusus untuk mengusir debu
diruangan penyimpanan arsip. Untuk mencegah jamur, kantor hanya menggunakan
kapur barus.
“Dulu pernah
ada fungisida setahun sekali, untuk cegah jamur, kecoa dan tikus. Tapi
belakangan sudah tidak ada lagi. Sebenarnya kondisi berdebu ini juga mengganggu
kesehatan petugas,”tutur Suradi.
Kondisi
kantor bidang kearsipan yang memprihatinkan itu turut berpengaruh pada mental
pegawai. “Kita seperti bekerja di tempat sampah karena menampung arsip-arsip
dari instansi lain yang mereka perlakukan seperti sampah,”aku Suradi dengan
lirih.
Meski
demikian, Suradi tetap memotifasi rekan-rekannya untuk tetap semangat bekerja.
Selain itu, pihaknya juga sebenarnya sudah brupaya mengimbau instansi lain baik
lewat surat maupun pertemuan resmi untuk terlebih dulu menata arsip yang akan
di kirim. “Tapi tidak di hiraukan. Jadi ya sudah pasrah saja kita,”ujar Suradi.
Satu-satunya
instansi yang “cukup baik” terhadap bidang ke arsipan, Menurut Suradi adalah
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Jember. Lembaga tersebut selalu mengirim
data-data hasil pemilu kebidang kearsipan dalam kondisi yang rapi sehingga
tidak menambah beban kerja Suradi dan rekan-rekannya. Karena itu, hanya data-data
dari KPU Yang mulai di dokumentasikan secara digital.
“Ini sangat
memudahkan kami. Kemarin mereka mau cari data kesini,kita bisa bantu. Tapi
digitalisasi ini masih belum bisa di akses masyarakat secara luas, karena kami
juga tidak punya dana untuk itu,”tutur bapak tiga anak ini.
Kondisi
kearsipan yang memprihatinkan tersebut tentu saja membuat masyarakat yang akan
mencari data arsip Jember untuk penelitian menjadi terkendala. Suradi tidak
bisa menghitung Berapa jumlah kunjungan masyarakat ke instansinya. ”Sangking
jarangnya Mas. Dulu prnah ada mahasiswa cari data arsip Pertanian Jember di
masalalu, tapi kami tidak ada,”kata Suradi.
Kecuali data
terkait pemilu di Jember sejak tahun 2000-an, memang nyaris tidak ada informasi
yang bisa di sajiikan dengan mudah oleh
bidang ke arsipan Jember. Karena itu, sepanjang lima tahun bertugas, setahu
Suradi memang belum pernah ada masyarakat yang bisa menemukan informasi yang
mereka butuhkan ditempat suradi bekerja.
Karna itu
kedepan, Suradi berharap pemerintah bisa lebih memperhatikan masalah ke arsipan
di Jember. Dia mencontohkan Kota Malang yang telah memiliki manajemen ke
arsipan dengan baik dan rapi. “Karena arsip sebensrnya aset kita. Kalau hilang,
ya sudah hilang asset kita,”pungkas Suradi. (ad/c1/hdi)
Sumber: JP-RJ Selasa 10 Oktober 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar