Minggu, 07 Januari 2018

Kampanye Kesehatan Berbasis Film Animasi di Pondok Pesantren



Asyik-Asyik Saja Meski Durasi Presentasi Berlangsung Lama

          Ditengah eurforia nobar film G 30 S/PKI, puluhan pelajar dan santri Pondok Pesantren Al Badri, Kecamatan Kalisat tampil beda. Mereka juga rame-rame nobar film. Namun yang mereka tontot adalah film kartun animasi edukatif karya Andri Pernama Wicaksono, dosen Program Studi Rekam Medik, Jurusan Kesehatan Polije.

KHAWAS AUSKARNI,Jember





                SABTU siang (30/9) puluhan pelajar dan santri Pondok Pesantren Al Badri di Kecamatan Kalisat dengan antusias mengikuti kegiatan nonton bareng sekaligus kampanye kesehatan berupa film animasi. Mereka dikenalkan dengan sejumlah penyakit menular yang kerap menyebar lewat sejumlah pola kebiasaan dalam kehidupan komunal sebagaimana mereka jalani dilingkungan pesantren.

            Kreator dari film kartun animasi itu, Andri Pernama Wicaksono kepada Jawa Pos Radar Jember, siang itu, menuturkan, sarana presentasi gambar visual merupakan hal baru dikebanyakan lingkungan pesantren. Kendati demikian, medium itu sangat efektif dalam menunjang proses transformasi wawasan baru, termasuk kesehatan.

            Sejumlah perilaku, misalnya pemakaian satu handuk secara bersama-sama merupakan kebiasaan dilingkungan pesasntren yang sangat rentan menularkan penyakit skabies.

            Pemaparan secara lisan saja, sangatlah tidak efektif. Selain karena kebiasaan tersebut sudah melembaga di lingkungan pesantren, kebanyakan santri yang hidupnya terkarantina di kompleks pesantren minim sekali dalam mengakses informasi dari luar. Termasuk dari dunia maya. “Mereka tidak pernah megang gadget,”ucapnya.

            Tak ayal, informasi pola hidup sehat yang coba dipaparkannya begitu sulit di terima,jika hanya disampaikan secara lisan. Penyajian film animasi yang dibuat dengan menggunakan software makro media flash inilah, kemudian dianggap cukup membantu. Utamanya dalam membentuk visualisasi santri pesantren atas apa yang di paparkannya tersebut.

            Juga, penuangan materi presentari dalam rupa film animasi sebagaimana yang dia bikin lebih bisa menghadirkan keasyikan.

            “Dengan cara itu pula, suasana menjemukan bisa diminimalisirkan kendati presentasi berlangsung cukup lama,”katanya.

            Usai menyimak kampanye kesehatan berbasis film animasi, para santri dan siswa yang rata-rata usianya 15-17 tahun itu juga mendapat pelatihan tentang bagaimana mengoperasikan makro media flash. Mereka diajari bagaimana mengolah gambar menjadi film animasi yang menarik.

            Andri berpandangan, pengenalan makro media flash dilingkungan pesantren amat potensial jadi sarana pemberdayaan. Bagaimana tidak, dengan pola kebiasaan pesantren  yang lebih banyak beraktiitas dilingkungan pondok, mereka bisa meraup rupiah jika benar-benar mahir menguasai skill animasi.

            Trend kekinian, semakin banyak orang atau lembaga yang memanfaatkan media pesantren animasi dari makro media flash. Namun, tidak semua dari mereka mampu melakukan olah produksi. “Banyak juga mahasiswa yang menggunakan mode ini untuk presentasi, tapi merak tidak mampu membuat,”kata dosen muda itu.

            Tentu saja hal itumenjadi peluang pasar yang cukup potensial. Hal yang juga bisa dikerjakan oleh para santri pesantren. “Tidak perlu pendidikan formal computer untuk bisa menguasai pembuatan film atau video animasi dengan makro media flash,”tutur dosen muda program studi rekam medik, Jurusan Kesehatan Politeknik Negeri Jember itu.

            Yang lebih penting adalah tingkat kreatifitas dari kreatornya. Sehiingga, meskipun selama ini para santri aman jarang bersentuhan dengan tekhnologi, mereka tetap bisa berkompetisi di bidang kreasi video animasi makro media flash asalkan kreatif yang terus belajar.

            Dijagad maya, penawaran dan permintaan produk visual semacam itu banyak bertebaran. Transaksinya pun juga bisa dilakukan secara online. “Tidak perlu keluar pondok, mereka bisa berbisnis lewat dunia maya,”imbuhnya.

            Untuk itu, usai mengajari dasar-dasar makro media flash, Andri menyarankan agar para santri lekas membuat website,atau  paling tidak blog.  Alasannya, melalui wahana itulah selama ini pelaku-pelaku kreasi fisual kerap memasarkan jasanya.

            “Saat browsing atau membuka beberapa situs online kita mendapat kalimat: Terima jasa pembuatan film atau vidio visual, hubungi nomor ini. Itu salah satu penyedia jasa gambar visual dalam memasarkan produknya, cukup dari rumah,”pungkasnya. (was/hdi)
Sumber: JP-RJ Minggu 1 Oktober 2017

           

1 komentar:

Cara Anak Muda Buktikan Eksistensi dalam Globalisasi

Mulai Prestasi Internasional sampai Bersatu Lawan Hoax             Di era globalisasi, pemuda tidak hanya menyumbangkan peran secar...