Minggu, 14 Januari 2018

Wana Wisata Simbat, Wisata di Pinggir Hutan Manggar



Niat Lindungi Hutan, Temukan Wisata Tersembunyi

          Warga di Desa Tamansari, Kecamatan Wuluhan kini punya lokasi wisata baru. View menarik dengan pemandangan asri hutan ini berada di sisi barat Lereng Gunung Manggar. Lokasi ini terus ramai di kunjungi masyarakat.


RANGGA MAHARDIKA,Jember 



        MENEMUKAN Wana Wisata Simbat alias Sukmo Ilang Manggar Babatan ternyata cukup mudah. Yakni dari jalan Raya Wuluhan- Balung cukup masuk sekitar 1 kilometer menuju kea rah Gunung Manggar.

            Yang menarik, lokasi wisata yang baru ini ternyata sudah cukup banyak fasilitas seperti toilet, tempat parker dan ada senacam gubuk-gubuk untuk wisatawan yang datang ke lokasi.

            Selain itu warga juga dapat menikmati landscape dengan melihat lokasi kawasan Lereng Gunung Manggar dari sisi lain. Yakni dengan naik rumah pohon yang di bangun oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Tambar alias Tamansari Bersatu.

            Sungguh pemandangan yang menakjubkan, karena ternyata lahan sekitarnya memiliki tekstur yang unik. Lahan milik Perhutani ini ternyata punya tatanan batu-batu besar yang unik.

            Dan yang makin menyenangkan, ternyata wana wisata baru ini sama sekali tidak menarik biaya masuk untuk masyarakat. “Masuknya gratis kok. Paling hanya untuk penitipan sepeda saja,” ucap Heni Nur Fitria, aktifis lingkungan yang juga Sekretaria Pokdarwis Tambar kemarin. Namun, biaya ini juga dikembalikan untuk mengembangkan wisata itu.

            Ternyata pembentukan wana wisata ini sama sekali tanpa kesengajaan. Heni mengatakan, di temukannya wisata baru ini bermula dari keprihatinan masyarakat karena ada penambangan Gunung Manggar. “Dulu ada penambangan disini. Seperti bagian sisi selatan dan utara Gunung Manggar,”jelasnya.

            Bahkan ada sekitar tujuh titik penggalian disana. Dampak dari penggalian ini, diakuinya, cukup berdampak kepada masyarakat sekitar. Dimana di aliran sungai selalu penuh wallet alias lumpur setiap musim hujan. Hal ini membuat debit air menjadi tidak lancar dan membantu pertanian masyarakat.

            Kemudian muncul Pak Jimin, warga sekitar yang tidak rela dengan penambangan ini. Sehingga dirinya setiap hari selalu mendatangi Lereng Gunung Manggar ini. “Mbah Jimin ini yang selalu membabati rumput liar di lokasi,” jelasnya. Dirinya merupakan inisiator pembukaan lahan ini. Bahkan, beliau juga sempat mendirikan gubuk di lokasi untuk memantau penambangan.

            Hal ini di lakukan bukan untuk apa-apa, melainkan agar para penambang ini tiodak nyaman berada di sana. Ternyata ini sangat efektif terhadap para penambang. Lambat laun, warga yang menambang ini tidak nyaman berada disana. Sehingga lama-lama penambang ini mulai menyingkir dari lokasi hingga sama sekali tidak ada penambang lagi.

            Kemudian masyarakat pun datang ke lereng dan menemukan hal yang unik dari landscape lereng. Yakni bayaknya batu besar di lokasi yang membentuk pola. Sekelompok pemuda yang ada sdi Desa Tamansari, Wuluhan pun menangkap potensi ini. “Jadi di gagas oleh Yudi Eko Prasetiawan, Yang ketua Pokdarwis. Dia anak Mbah Jimin,” terang Heni.

            Mereka pun kemudian bergerek untuk melakukan pembersihan lokasi swetelah sebelumnya berkoordinasi dengan Perhutasni KPH Wuluhan. Pelaksanaanya sebenarnya belum terlalu lama yakni sekitar 3-4 bulan lalu, atau setelah hari raya idul fitri. “salah satunya membuat rumah pohon,” jelasnya.

             Dirinya mengaku pelaksanaan pembangunanya dengan swadaya masyarakat dan kelompok Pokdarwis ini. Yang menarik, masyarakat ini sama sekali tidak di bayar dalam pelaksanaannya.

            Lama-kelamaan, semakin banyak warga yang datang ke lokasi sehingga pihaknya pun tergerak untuk memperbaikin pelayanan kepada masyarakat seperti membuat sejumlah fasilitas lainnya. Ini di dapat dari parker yang di bayar oleh masyarakat. Ternyata hasilnya saat ini bisa dirasakan oleh masyarakat yang dapat menikmati pemandangan Tamansari yang indah dari sisi yang lain.

            Sementara itu, Pegy Suganda, staf asper BKPH Perhutani Wuluhan menyambut baik pemanfaatan lahan perhutani ini untuk wana wisata simbat oleh masyarakat. “Karena pemanfaatan untuk daerah wisata ini bukan hanya oleh perhutani namun juga ada yang di kelola masyarakat seperti Pokdarwis ini,” terangnya.

            Dimna masyarakat selalu berkoordinasi  dengan pihaknya untuk pengelolaan lahan Perhutani ini. Apalagi, daerah tersebut sebelumnya sulit untuk di jadikan lahan produktif karena memang berbatu dan ternyata bisa memberikan manfaat untuk masyarakat Jember.

            Selain itu, keberadaan Wana Wisata Simbat yang di kelola masyarakat ini juga bisa memberikan manfaat untuk Perhutani. “Paling tidak keamanan lahamn perhutani terjaga oleh masyarakat Pokdarwis ini,”terangnya.

            Baik itu keamanan dari kasus pencurian illegal logging maupun dari penambangan liar orang-orang tidak bertanggung jawab.   Sehingga kelestarian hutan juga bisa terjaga. (c1/hdi)
Sumber:JP-RJ Kamis 12 Oktober 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cara Anak Muda Buktikan Eksistensi dalam Globalisasi

Mulai Prestasi Internasional sampai Bersatu Lawan Hoax             Di era globalisasi, pemuda tidak hanya menyumbangkan peran secar...