Mulai
Prestasi Internasional sampai Bersatu Lawan Hoax
Di
era globalisasi, pemuda tidak hanya menyumbangkan peran secara nasional tetapi
juga internasional. Baik positif maupun negative, peran pemuda tentu sangant
mempengaruhi eksistensi kehidupan. Tak heran jika kin I mereka melakukan
berbagai aktivitas yang tujuan bermuara pada kontribusi untuk negeri.
LINTANG ANIS BENA K, Jember
KEMUDAHAN akses informasi di era
globalisasi menjadi dua sisi mata pisau. Ada yang membawa berita positif. Ada
juga yang berisi informasi palsu dan menyesatkan bagi para pembaca.
Semua
informasi ini banyak tersebar terutama melalui media sosial, yang juga di milki
hampir seluruh masyarakat. Tidak terkecuali di Jember. Tua muda, pria wanita,
semua orang mampu mengakses informasi melalui ponsel pintar di tangan
masing-masing.
Hanya
saja, Fenomena ini memunculkan oknum-oknum yang berniat memanfaatkan ketidak
pahaman masyarakat dengan menyebarkan informasi negatif. Isi berita yang di
sebar justru menimbulkan keresahan di masyarakat. Tak perlu jauh mengingat.
Peristiwa bentrok bonek versus PSHT beberapa pekan lalu menjadi bukti bahwa ada
saja orang-orang yang memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan konten
negative.
Ini
menggunggah para pemuda yang tergabung dalam Relawan Teknologin Informasi dan
Komunikasi (RTIK) Jember untyuk bersama-sama melawan penyebaran informasi baru
atau yang kerap di sebut hoax. Terlebih lagi pada momen sumpah pemuda, di
mana semangat pemuda yang begitu menggelora di manfaatkan untuk berbuat
kebaikan dan mengajak orang lain untuk bersama-sama menularkan kebaikan
tersebut.
Kondisi
ini tampak ketika RTIK bersama Polres Jember menggelar deklarasi anti hoax
disela-sela car free day kemarin (29/10). Tak hanya mengajak
pemuda untuk menandatangani deklarasi pada banner
yang terpasang di Jalan Sudarman, para relawanjuga mengedukasi dampak positif
dan negative penyebaran informasi melalui internet kepada anak-anak.
Caranya cukup unik. Yaitu melaluli
permainan ular tangga. Setiap kotak berisi informasi mengenai dampak negatif,
positif, serta tips dan trik berselancar di dunia maya dengan aman bagi
anak-anak. “Permainan ular tangga ini menjadi salah satu bentuk edukasi
perlindungan anak-anak dari dampak buruk internet,” ujar Ully, salah satu
relawan RTIK.
Melalui permainan semacam ini, Ully
mengajak anak-anak untuk belajar sembari bermain. Teknik seperti ini memang
dirasa cukup ampuh sebagai media pembelajaran.
“Setiap berhenti disatu kotak, kita ajak mereka untuk membaca. Ada
gambar-gambarnya juga, yang menunjukkan apa yang boleh dan tidak boleh di
lakukan di internet,” lanjut wanita berhijab tersebut.
Wajar saja, sebab akses informaasi
di internet dan media sosial bisa di lakukan oleh siapapun mulai dari anak-anak
hingga orang dewasa. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Kapolres Jember AKBP
Kusworo Wibowo ketika menghadiri deklarasi anti hoax.
Apalagi, jika tidak diawasi,
anak-anak dibawah umur juga bisa menyebarkan konten negatif serta berita hoax.
Dirinya mencontohkan kasus penangkapan penyebar hoax terkait bentrok PSHT dan
bonek beberapa pekan lalu. “4 dari lima tersangkat yang kami tangkap masih di
bawah 18 tahun,” ujarnya.
Penyebaran hoax, lanjut Kusworo, tak
sepatutunya dilakukan sebab bisa mengancam skabilitas daerah. Bahkan meski
hanya di dunia maya, Penyebar hoax juga di ancam pidana. “Kami tidak ingin
memenjarakan orang hanya karena mereka tidak tau kalau itu ada pidananya.
Ketika di tanya motivnya, jawabannya hanya karena iseng,” kata dia.
Karena itu dirinya juga mengajak
‘generasi zaman now’ atau anak-anak
muda untuk mengisi momen sumpah pemuda dengan mendeklarasikan bahwa pemuda
Jember anti hoax. Sebaliknya, di era globalisasi sekarang para pemuda
seharusnya mengisinya dengan beragam prestasi baik nasional maupun
internasional.
Beragam cara bisa dilakukan untuk
menjaga eksistensi pemuda agar tetap bisa mengambil peran. Jika relawan RTIK
dan Polres Jember mengajak pemuda untuk menghadang hoax maka kalangan pemuda
lainnya mengisi momen 28 Oktober lalu dengan berbagai prestasi.
Salah satunya Rafidah Utami Ananda
yang sudah meraih prestasi hingga tingkat internasional. Puluhan prestasi sudah
dia raih semenjak masih duduk di bangku
sekolah dasar hingga kini kala dia duduk di bangku kelas IX SMP.
Baginya, dirinya tidak ingin pemuda
indonesia kehilangan rasa cinta tanah air seperti kondisi tersebut. Apalagi
saat ini para pemuda tanah air menjadi tumpuan pembangunan bangsa, agar tak
kalah bersaing di era globalisasi.
Bagi Fifi, rasa cinta tanah air
seperti yang disebutkan dalam salah satu cetusan sumpah pemuda tahun 1928 silam
menjadi sangat penting, sebab saat ini pemuda memegang peran penting. “Sebagai
pemuda-pemudi era saat ini, selanjutnya adalaha berjuang dalam bidang lain,
terutama dibidang pendidikan,” tegasnya.
Perjuangan ini bukan lebih mudah
dibandingkan puluhan tahun silam. Lawannya saat ini bukan penjajah dan
peperangan, namun termasuk melawan moral
degradation. “Perjuangannya tidak hanya menyaring informasi, tetapi juga
mengatasi penurunan moral yang banyak terjadi,” imbuhnya.
Apalgi, kata dia, globalisasi
menjadi hal yang paling mempengaruhi degeradasi tersebut. “Diluar negeri moral
bukan utama, tapi negara timur apalagi indonesia masih ketat banget,” kata
alumnus SD Al Furqon tersebut.
Untuk itu para kalangan muda tidak
boleh begitu saja melupakan identitasnya sebagai warga negara indonesia. Meski
belajar diluar negeri, Fifi juga ingin memberikan sumbangsih bagi tanah airnya.
“Demi ilmu yang lebih baik tidak ada salahnya belajar ke luar negeri, teteapi
kita harus membawa ilmu itu kembali dan di terapkan di indonesia,” pungkasnya.
(c1/ras)
Sumber:
JP-RJ Senin 30 Oktober 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar