Rabu, 24 Januari 2018

Peraih Santri Of The Year 2017 Itu Anak Jember



Sekarang Kuliah Pertanian Gratis di Thailand

            Menjadi santri bukan berarti hanya pandai di bidang agama. Semua bidang bisa di kuasai ketika di tekuni dengan sungguh-sungguh. Seperti peraih santri of the year ini, memilih jurusan pertanian di Thailand.


BAGUS SUPRIADI, Jember

            MERAIH juara internasional kompetisi agribisnis menjadikan Izza Nur Laila sebagai peraih santri of the year tahun 2017 yang di selenggarakan oleh Islam Nusantara Center (INC). Pelaksanaan een tersebut ramai di kalangan santri, namun di umumkan saat peringatan hari santri, 22 Oktober kemarin.

            Dia adalah santri Ponpes Nurul Islam (Nuris) Antirogo. Saat ini dia sedang menempuh s5tudi di Agreculture Technology, Pattani cCollage of Agreculture Technology dan Fishery Thailand. Penerimaan penghargaan santri of the year itu langsung diwakili oleh Wakil Bupati Jember KH Abd Muqiet Arief hari minggu 22 Oktobar kemarin.

            Izza merupakan lulusan Madrasah Aliyah Unggulan Nuris yang mendapat beasiswa yang mengenyam pendidikan di Thailand.

            Sekitar lima bulan berada disana, perempuan yang akrab di sapa Izza itu berhasil meraih medali emas dalam berkompetisi bidang Agrebisnis. Yakni The 36th National Academic Conference of the Future Farmers of Thailand Organization. Kegiatan itu diselenggarakan di Tak College of Agreculture and Technology, Rahang Pofinsi Tak, Thailand Utara 2015 lalu.

            Dalam kompetisi itu, Izza mampu menyisihkan peserta lain yang berasal dari Filipina, Cambodia, Jepang, dan Tiongkok. Sehingga membuat santri lain di nusantara cukup kagum. Apalagi sempat menjadi nominasi peraih santri of the year 2017 hingga kemudian terpilih.

            Prestasi di bidang pertanian itulah yang mengantarkan perempuan kelahiran 5 Februari 1996 ini meraih penghargaan bergengsi. Dia mampu membuktikan bahwa seorang santri  juga bisa menguasai bidang lain, seperti pertanian, 

            “Saya memang merasa punya kemampuan di bidang pertanian, walaupun background pendidikan agama,” katanya.  Hal itu di ketaui setelah tes IQ sebelum dirinya mengikuti Ujian Akhir Nasional (UAN). Dari sana dia menyakinkan diri memiliki bakat di bidang pertanian.

            Niat awal, kata Izza, dirinya tak ingin langsungbmelanjutkan kuliah, tetapi ingin mengabdi dulu di Ponpes Nuris. Namun pengabdian baru berjalan empat bulan, KH Muhyiddin Abdus Shomat menginformasikan ada kuliah gratis di Thailand. “Atas dorongan pengasuh pesantren, saya kuliah di Thailand,” jelasnya.

            Selama ini, Izza di kenl sebagai santri yang memiliki banyak berprestasi. Bungsu dari empat bersaudara pasangan H Abdd. Roqib dan Futicha pernah meraih juara dua tilawatil Quran se- Kecamatan Kaliwates, juara tiga Fashion antar sekolah, juara tiga qiroah se- Kabupaten Jember. Bahkan tak hanya bidang ke ilmuan, dibidang oalhraga bela diri, juga merengkuh juara harapan satu ajang pencak silat antar sekolah. 

            Ketika lulus-lulus SD, kedua orang tuanya mengirim Izza kepondok Pesantren Nuris, Antirogo. Dia melanjutkan studi di MTs Unggulan Nuris dan sebagai siswi angkatan pertama. “Disekolah ini Izza sering meraih prestasi,” tambah Gus Robith Qosidi, Ponpes Nuris.

            Misal, pernah meraih juara harapan tiga tartil quran, juara harapan satu puisi dan juara tiga lomba pidato bahasa Indonesia di tingkat Kabupaten. Setelah lulus MTs melanjutkan pendidikan MA Unggulan Nuris. Disini dia pernah menjadi juara dua lomba puisi se-eks Karaksidenan Besuki. 

            Izza memiliki prinsib harus all out dalam melakukan sesuatu, terutama dalam menempuh pendidikan. Meskiupun terlahir dari keluarga yang ekonominya kutrang menguntungkan, dia tak patah semangat. Justru mendorongnya untuk meraih prestasi. Kata kuncinya adalah semangat untuk meraih yang terbaik. “Tidak ada orang bodoh. Yang ada adalah orang malas, tak punya semangat, dan enggan mencari peluang,” kata Izza. 

            Dia mengaku mencintai pesantren sejak awal pertama kali mondok. Pesantren telah mengajarkan banyak hal dan seperti berada dalam miniature tatanan hidup dan pergaulan dalam masyarakat. Disana dia belajar hidup disiplin, mengatur waktu dengan baik.

            Kemudian belajar cara menghadapi watak yang berbeda-beda, cara menjalin yang hubungan yang baik antar manusia, terutama kepada Allah. “Juga belajar mnyeimbangkan urusan dunia dan akhirat, cara murid menghormatin guru,” katanya. 

            Mengenyam pendidikan cukup lama di pesantren tak membuat Izza ketinggalan zaman. Bahkan dia merasa mempunyai kelebihan disbanding pelajar yang hanya menempuh pendidikan umum. Misal pengetahuan tentang agama yang mumpuni dan pengetahuan tentang ilmu umun yang cukup. “Saya tidak pernah minder, kita tidak boleh minder berhaadapan dengan siapapun,” pungkasnya. (ras)

Sumber: JP-RJ Senin 23 Oktober 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cara Anak Muda Buktikan Eksistensi dalam Globalisasi

Mulai Prestasi Internasional sampai Bersatu Lawan Hoax             Di era globalisasi, pemuda tidak hanya menyumbangkan peran secar...