Sekarang
Kuliah Pertanian Gratis di Thailand
Menjadi
santri bukan berarti hanya pandai di bidang agama. Semua bidang bisa di kuasai
ketika di tekuni dengan sungguh-sungguh. Seperti peraih santri of the year ini,
memilih jurusan pertanian di Thailand.
BAGUS SUPRIADI, Jember
MERAIH juara
internasional kompetisi agribisnis menjadikan Izza Nur Laila sebagai peraih
santri of the year tahun 2017 yang di selenggarakan oleh Islam Nusantara Center
(INC). Pelaksanaan een tersebut ramai di kalangan santri, namun di umumkan saat
peringatan hari santri, 22 Oktober kemarin.
Dia
adalah santri Ponpes Nurul Islam (Nuris) Antirogo. Saat ini dia sedang menempuh
s5tudi di Agreculture Technology, Pattani cCollage of Agreculture Technology
dan Fishery Thailand. Penerimaan penghargaan santri of the year itu langsung
diwakili oleh Wakil Bupati Jember KH Abd Muqiet Arief hari minggu 22 Oktobar
kemarin.
Izza
merupakan lulusan Madrasah Aliyah Unggulan Nuris yang mendapat beasiswa yang
mengenyam pendidikan di Thailand.
Sekitar
lima bulan berada disana, perempuan yang akrab di sapa Izza itu berhasil meraih
medali emas dalam berkompetisi bidang Agrebisnis. Yakni The 36th National Academic Conference of the Future Farmers
of Thailand Organization. Kegiatan itu diselenggarakan di Tak College of
Agreculture and Technology, Rahang Pofinsi Tak, Thailand Utara 2015 lalu.
Dalam
kompetisi itu, Izza mampu menyisihkan peserta lain yang berasal dari Filipina,
Cambodia, Jepang, dan Tiongkok. Sehingga membuat santri lain di nusantara cukup
kagum. Apalagi sempat menjadi nominasi peraih santri of the year 2017 hingga
kemudian terpilih.
Prestasi
di bidang pertanian itulah yang mengantarkan perempuan kelahiran 5 Februari
1996 ini meraih penghargaan bergengsi. Dia mampu membuktikan bahwa seorang
santri juga bisa menguasai bidang lain,
seperti pertanian,
“Saya
memang merasa punya kemampuan di bidang pertanian, walaupun background
pendidikan agama,” katanya. Hal itu di
ketaui setelah tes IQ sebelum dirinya mengikuti Ujian Akhir Nasional (UAN).
Dari sana dia menyakinkan diri memiliki bakat di bidang pertanian.
Niat
awal, kata Izza, dirinya tak ingin langsungbmelanjutkan kuliah, tetapi ingin
mengabdi dulu di Ponpes Nuris. Namun pengabdian baru berjalan empat bulan, KH
Muhyiddin Abdus Shomat menginformasikan ada kuliah gratis di Thailand. “Atas
dorongan pengasuh pesantren, saya kuliah di Thailand,” jelasnya.
Selama
ini, Izza di kenl sebagai santri yang memiliki banyak berprestasi. Bungsu dari
empat bersaudara pasangan H Abdd. Roqib dan Futicha pernah meraih juara dua
tilawatil Quran se- Kecamatan Kaliwates, juara tiga Fashion antar sekolah,
juara tiga qiroah se- Kabupaten Jember. Bahkan tak hanya bidang ke ilmuan,
dibidang oalhraga bela diri, juga merengkuh juara harapan satu ajang pencak
silat antar sekolah.
Ketika
lulus-lulus SD, kedua orang tuanya mengirim Izza kepondok Pesantren Nuris,
Antirogo. Dia melanjutkan studi di MTs Unggulan Nuris dan sebagai siswi
angkatan pertama. “Disekolah ini Izza sering meraih prestasi,” tambah Gus
Robith Qosidi, Ponpes Nuris.
Misal,
pernah meraih juara harapan tiga tartil quran, juara harapan satu puisi dan
juara tiga lomba pidato bahasa Indonesia di tingkat Kabupaten. Setelah lulus
MTs melanjutkan pendidikan MA Unggulan Nuris. Disini dia pernah menjadi juara
dua lomba puisi se-eks Karaksidenan Besuki.
Izza
memiliki prinsib harus all out dalam
melakukan sesuatu, terutama dalam menempuh pendidikan. Meskiupun terlahir dari keluarga
yang ekonominya kutrang menguntungkan, dia tak patah semangat. Justru
mendorongnya untuk meraih prestasi. Kata kuncinya adalah semangat untuk meraih
yang terbaik. “Tidak ada orang bodoh. Yang ada adalah orang malas, tak punya
semangat, dan enggan mencari peluang,” kata Izza.
Dia
mengaku mencintai pesantren sejak awal pertama kali mondok. Pesantren telah
mengajarkan banyak hal dan seperti berada dalam miniature tatanan hidup dan
pergaulan dalam masyarakat. Disana dia belajar hidup disiplin, mengatur waktu
dengan baik.
Kemudian
belajar cara menghadapi watak yang berbeda-beda, cara menjalin yang hubungan
yang baik antar manusia, terutama kepada Allah. “Juga belajar mnyeimbangkan
urusan dunia dan akhirat, cara murid menghormatin guru,” katanya.
Mengenyam
pendidikan cukup lama di pesantren tak membuat Izza ketinggalan zaman. Bahkan
dia merasa mempunyai kelebihan disbanding pelajar yang hanya menempuh
pendidikan umum. Misal pengetahuan tentang agama yang mumpuni dan pengetahuan
tentang ilmu umun yang cukup. “Saya tidak pernah minder, kita tidak boleh
minder berhaadapan dengan siapapun,” pungkasnya. (ras)
Sumber: JP-RJ Senin 23 Oktober 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar