Sejak Muda Jarang Tidur Malam
Beberapa lama
Kiai Achmad Muzakki Syah beristirahat (tidur) dalam sehari-semalam? Memang
banyak yang tidak tahu. Namun sejumlah santri dan koleganya memastikan ulama “fenomental”
yang dekat dengan umat ini jarang tidur malam. Bagaimana menjaga kesehtannya?
SHODIQ SYARIF,Jember
PADATNYA kegiatan ritual (pengajian) yang
harus dijalani Kiai Muzakki-panggilan akrabnya-memang menyita waktu istirahat.
Dan itu disadari oleh tiga bersaudara
pasangan Kiai Achmad Syaha-Hj Fatimatuz Zahro ini. Namun itu semua dianggap
seudah “resiko” perjuangan untuk mengembangkan dakwah di tengah umat.
“Mungkin saya
tidur satu dua jam saja. Itu pun pagi hari kalau tidak ada tamu” ujar kepada Jawa Pos Radar Jember, disela-sela
menemui para tamunya, Jumat pekan lalu. Biasanya usai salat subuh berjamaah dan
para santri, Kiai Muzakki membaca amalan rutin. Jika tidak terlalu lelah,
disempatkan keliling area pondok melihat dan mengontrol fasilitas pesantren.
Setelah itu,
sambil minta dipijati satu dua santrinya, barulah bisa tidur.
Tapi sekitar
09.00 atau jam 10.00, sudah terbangun lagi untuk beraktifitas. Semua itu
dilakukan atas dasar kita kepada profesi dan umat. “kalau bekerja atas dasar
cinta dan ikhlas, insyaallah tak mengenal lelah. Saya juga tak memakai
obat-obatan atau jamu khusus. Jasa saja. Yang penting tidak lupa minum air
putih yang banyak,”imbuhnya.
Kebiasaan
janrang tidur malam itu, kata kawan-kawannya yg sudah di jalani. Ketika nyantri
di Ponpes Al-Fatah, Palang sari, Kiai Muzakki dikenal suka wiridan hingga dini
hari,bahkan pagi. Mondoknya pun tak pernah lama. Selain di Al-Fatah, Kiai
Muzakki juga pernah ngantri di Ponpes Darul Ulum, Peterongan, Jombang, dan
Gontor Ponorogo. “Istilahnya hanya tabarrukan
(mencari berkah pondok,Red),” tutur Ahmad Rifai, salah seorang asisten
pribadinya.
Seperti yang
di ceritakan dalam buku”Mutiara Dalam
Samudra,” karya Dr Hefni Zen dan
Moch. Holili MPdI (2007), sejak balita Kiai Muzakki memang telah memiliki
banyak kelebihan. Dan itu juga telah “disinyalkan” oleh ayahandanya KH Achmad
Syaha baha kelak anak nya akan menjadi orang yang bermanfaat untuk umat. Selain
senang menimba ilmu dari berbagai ulama besar, Muzakki (kecil) juga sempat
mendalami ilmu gaib.
Dibidang
pendidikan, Kiai Muzakki sempat kuliah tingkat dua di IAIN Jember. Setelah itu
dia banyak mengelana sambil menimba ilmu secara khusus pada sejumlah ulama.
Termasuk belajar secara otodidak, berkat kelebihan yang di miliki.
Ketertarikannya
pada ritual tarekat , ketika sedang nyantri di darul ulum, Peterongan, Jombang.
Saat itu dia menyaksikan zikir ribuan jamaah Thariqat Nasyabandiah, pimpinan KH
Muztain Romli. Sayang, ketika minta izin kepada abahnya (Kiai Syaha), untuk
mengikuti tarekat tersebut, sang ayah tidak mengizinkan. Alasannya, terlalu
lama dan memakan waktu. Sang ayah, justru menyuruhnya meniru tarekat para ulama
dan aulia Madura.
Ponpes
Al-Qodiri baru di dirikan oleh Kiai Muzakki tahun 1976, diatas lahan 5.000 m/s.
Dibantu sahabatnya sesama alumni Al-Fatah, Talangsari, Jember, Abdul Jaelani.
Dipilihnya nama Al-Qodiri karena terinspirasi oleh thariqat dan nama besar Syeh
Abdul Qodiq Al-Djaelani. Selain juga hasil salat istikharah Kiai Muzakki
sendiri. Jika awal berdirinya Ponpes Al-Qodiri hanya 9 orang santri, kini
jumlahnya sudah mencapai 4000-santri pria-wanita.
Demikian pula
pengembangan lembaga pendidikannya. Kini telah mencapai 350-an unit pendidikan
dibawah naungan ataupun filial Al-Qodiri. Bahkan, sejak beberapa tahun lalu,
pesantren yang tergolong mudah (disbanding sejumlah pesantren yang berusia
ratusan tahun ),kini telah membuka sekolah umum dan perguruan tinggi yang
bernama Sekolah Tinggin Agama Islam Al-Qodiri (Staiqod). Lahannya pun yang
semula hanya 5.000 meter, kini telah berkembang lebih dari 25 hektare.
Sebagai ulama
sangat berpengaruh hingga mancanegara,tentu saja Kiai Muzakki telah menyiapkan
pengganti penerus dakwahnya kelak. Salah satunya adalah Gus Taufiqur Rohman,
yang konon menjadi “ pewaris tahta” pesantren. Alasannya, sang putra sulung ini
memiliki kesamaan dengan ayahandanya, terutama keistiqamahannya dalam
berdzikir, kedermawanan,dan kedigdayaannya. Selain Gus Taufiq, pasangan Kiai
Muzakki-Hj Halimah ini juga memiliki tiga putra, yakni Ilmi Mufidah,Acham
Fathil,Dan Hilmi , yang semuanya siap meneruskan perjuangan sang ayah. Bahkan,
Hj Halimah, sang istri, sudah lama menjadi penceramah unggulan, yang setiap
saat siap menggantikan Kiai Muzakki dalam mengisi pengajian. (c1/sh-habis)
Sumber:JP-RJ Sabtu 7 Oktober 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar