Butuh
Pengembangan Deteksi Telur Bebek dan
Puyuh
Tiga
mahasiswa Universitas Jember yaitu Malikul Fanani, M. Arif Baihaqi, dan Muh.
Fazauddiak berhasil membuat alat sederhana untuk mendeteksi kualitas telur.
Berkat karya tersebut, ketiganya berhasil memperoleh prestasi pada ajang
Scientific Great Moment 2017 yang di
gelar di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang, awal
Oktober lalu.
LINTANG ANIS BENA K, Jember
INISIASI mesin ini
namanya EGGSOS. Ini adalah Inovasi Alat Detektor Kelayakan Telur Ayam Berbasis
Arduino dengan Menggunakan Fuzzy Logic. Di Kabupaten Jember, ide ini berawal
dari Malikul Fanani, M. Arif Baihaqi,
dan Muh. Fazauddiak untuk bisa membantu para peternak dan tengkulak telur.
Selama ini untuk mengecek kyualitas telur harus dipecah terlebih dahulu.
Kondisi
ini bisa mengakibatkan kerugian baik dari sisi penjual maupun pembeli. Untuk
mengurangi resiko tersebut, ketiganya menggagas membuat alat deteksi kelayakan
telur dengan konsep sederhana. Menurut Muh. Fazauddiyak, mereka mengamati
selama ini peternak ayam petelur kesulitan dalam menentukan mana telur yang
layak dan mana yang tidak.
Apalagi,
Jawa Timur termasuk salah satu pemasok telur yang cukup besar di Indonesia.
“Padahal
pengonsumsi telur yang tidak layak secara kesehatan berpotensi menimbulkan
berbagaio penyakit seperti sakit pada perut bagian atas, demam tinggi, sakit kepala, diare bahkan muntaber,”
ujarnya pemuda yang akrab dipanggil Faza ini.
Cara pengoperasian EGGSOS cukup sederhana.
Telur yang ingin di cek kalitasnya, di masukkan ke dalam alat yang sudah di
siapkan. Alat ini di lengkapi dengan
pendeteksi kepekatan dan kualitas kuning telur berupa sensor Light
Dependent Resistor (LDR) yang berfungsi sebagai sensor cahaya dan photodioda yang dapat mengubah cahaya
menjadi arus listrik.
Hasilnya lantas di tampilkan pada monitor yang
tersedia. Setelah melalui proses uji, parameter kelayakan telur akan
muncul. Parameter yang di gunakan adalah
berat telur, kekentalan kuning telur, dan warna cangkang telur. “Penggunaannya
sangat mudah dan yang penting tidak akan merusak cangkang dari telur itu
sendiri,” lanjutnya.
Tiga
kualitas parameter ini mengacu pada Standart Nasional Indonesia bidang peternakan
yang di keluarkan oleh pemerintah. Untyuk mengetahui standar tersebut mereka
menggunakan tiga sensor. “Hasil pembacaan parameter ini akan muncul di layas,”
imbuh Fanani. Fanani dan timnya mengklasifikasikan mutu menjadi tiga bagian yaitu mutu 1, mutu 2, dan tidak layak.
Namun,
menurut Arif EGGSOS ini baru bisa digunakan untuk mengetahui kualitas dari
produk telur ayam. Untuk bisa mendeteksi
kuaitas telur lain seperti bebek dan puyuh masih perlu pengembangan lebih
lanjut. “Karena standarnya sudah berbeda, seperti ketebalan cangkang telur
serta kekentalan kuning telurnya berbeda dengan telur ayam,” jelasnya.
EGGSOS
buatan tiga punggawa dari Fakultas Teknik Universitas Jember ini ternyata
mendapatkan apresiasi. Terbukti EGGSOS mendapatkan gelar dalam ajang lomba
karya tulis ilmiah Scientific Great Moment 2017 yang digelar oleh Fakultas
Teknik Pertanian Universitasa Brawijaya, Malang, awal Oktober lalu. “ Saat
presentasi dan proeses penilaian, ketiga juri memberikan pujian terhadap judul
dan alat yang kami buat ini. Bahkan salah satu juri tersebut berniat untuk
membeli alat yang kami buat ini,” kata Arif.
Sebagai
inventor, mereka tentu tergoda untuk mematenkan karya yang digegas dan dip
roses selam dua bulan ini. Namun, Faza tak ingin berharap terlalu tinggi, sebab
masih banyak pengembangan yang harus di lakukan. “Terutama dari sisi kalibrasi
sensor , masih harus di perbaiki dan
dikembangkan lagi. Kemudian juga harus disempurnakan untukl pendeteksian telur
lain selain ayam,”pungkasnya. (lin/hdi)
Sumber: JP-RJ Minggu 15
Oktober 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar